Menjadi Sesama Manusia

Manusia sangat suka menggolongkan siapa yang layak dan tidak layak menjadi sesamanya. Oleh karena itu, pertanyaan dari ahli Taurat, 'Dan siapakah sesamaku manusia?' menjadi pertanyaan yang salah di hadapan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak mau manusia menggolong-golongkan sesamanya. Tuhan ingin agar manusia melampaui sekat pemisah. Oleh karena itu, Dia menjawab pertanyaan itu dengan perumpamaan yang sangat terkenal ini.

Seorang lewi dan seorang imam tentu adalah orang yang sering diasumsikan akan memberikan pertolongan jika ada yang membutuhkan. Pada kenyataan perumpamaan ini, hal itu tidak terjadi. Mereka justru lewat di seberang jalan. Justru, seorang Samaria yang dibenci oleh orang Yahudilah yang menolong. Seorang yang dianggap memiliki garis keturunan dan teologi yang layak dipertanyakan, justru dialah yang menolong. Dalam hal pertolongan itu, orang Samaria juga digambarkan merawat luka, menggendong, serta membiayai kebutuhan pengobatan. Dia merawat dalam kelimpahan. Orang yang memusuhinya justru dikasihi dengan limpah.

Tuhan Yesus menegaskan bahwa mengasihi musuh bukanlah pilihan, justru jalan untuk pemuridan. Allah tidak mengizinkan pemisahan dalam menjadi sesama. Maukah kita menjadi sesama manusia?