Berjuang di Tengah Rasa Tertekan dan Gelisah
Pada tanggal 10 Oktober kita memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini bertujuan agar seluruh umat manusia di dunia memiliki atau setidaknya mulai menumbuhkan kepedulian terhadap isu kesehatan mental yang bisa terjadi di mana saja, pada siapa saja. Sikap yang salah dari pasangan, orang tua, anak, saudara, atau lingkungan, bukan tidak mungkin bisa membuat masalah kesehatan mental yang sedang dialami oleh seseorang justru semakin parah. Demikian juga apabila lingkungan abai atau meremehkan kecemasan pada diri seseorang bisa juga berpotensi untuk memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.
Di dalam kitab Mazmur yang kita baca bersama pada Minggu ini, kita bersama bisa melihat pergumulan-pergumulan yang sedang dirasakan oleh pemazmur. Beberapa pergumulan yang sedang dihadapi antara lain:
- Kesedihan karena perkataan orang lain yang terus menerus memojokkan (ayt.4)
- Perasaan gundah gulana: gelisah, bingung, tidak senang (ayt.5a)
- Perasaan tertekan: merasa beban hidup yang harus ditanggung terlalu berat hingga tidak sanggup mengangkatnya lagi. (ayt.7a)
- Perasaan dilupakan Allah (ayt.10-11)
Dalam perasaan yang bertumpuk tersebut kita bisa melihat betapa berat beban yang menimpa pemazmur. Namun satu hal yang bisa kita pelajari dari pemazmur adalah dia tidak meninggalkan Tuhan, tidak meninggalkan imannya. Baginya, Allah selalu mau mendengar keluh kesahnya. Pemazmur menyadari bahwa dia memiliki masalah, dia tidak menyangkalnya namun berusaha untuk merengkuhnya di dalam iman kepada Allah.
Dua hal yang bisa kita pelajari terkait dengan memelihara kesehatan mental adalah:
- Tuhan ingin kita hadir bagi mereka yang sedang tidak baik-baik saja, sama seperti Tuhan selalu hadir bagi kita.
- Tuhan ingin kita datang kepadaNya dalam pengakuan secara jujur tentang seluruh kondisi kehidupan kita yang membutuhkan pertolonganNya. Amin.