Hati Seorang Pemimpin
Hukum Taurat yang diberikan TUHAN bagi umat Israel memiliki tujuan yang begitu mulia. TUHAN melihat umat manusia dalam kehidupan yang tidak teratur. Relasi umat dengan TUHAN tidak baik-baik saja, demikian juga relasi umat dengan sesamanya. Oleh karena itu TUHAN ingin memulihkan relasi yang rusak agar kembali pulih melalui 10 Perintah / Hukum Taurat.
Hukum Taurat yang memiliki tujuan yang baik dan bermuatan cinta yang tulus dari TUHAN bagi umat manusia mengalami pergeseran makna. Pada jaman Tuhan Yesus, umat justru terbelenggu dengan Hukum Taurat. Hukum Taurat diterapkan sedemikian rupa untuk menghakimi sesama, untuk menghukum mereka yang melanggar. Para pemimpin agama pada kala itu bertindak sebagai hakim atas sesamanya menggunakan Hukum Taurat di tangan mereka.
Injil Markus pasal 7 memperlihatkan kepada kita bahwa ahli-ahli Taurat mencoba menjatuhkan Tuhan Yesus dan para murid-Nya menggunakan hukum Taurat. Namun di sinilah kemudian Tuhan Yesus memperoleh momen yang tepat untuk mengkritik sekaligus meluruskan kepemimpinan ahli-ahli Taurat. Tuhan Yesus mengatakan bahwa najis tidaknya seseorang bukan karena apa yang masuk ke dalam tubuh, tapi apa yang keluar dari seseoranglah yang menajiskannya.
Sebagai anggota masyarakat tidak salah bagi kita untuk memberikan masukan kepada para pemimpin yang 'belok'. Namun bagaimana cara yang kita lakukan itu penting direnungkan. Tuhan Yesus mengajarkan agar kita mengkritik pemerintah dengan tegas dan sesuai dengan apa yang menjadi topik. Tuhan Yesus tidak mengkritik kepemimpinan seseorang melalui pribadinya, tetapi melalui apa yang diputuskan. Kritikan Tuhan Yesus tidak berasal dari kebencian Nya kepada ahli Taurat, tapi karena la mengasihi manusia.