Spiritualitas Politik

Politik berasal dari Bahasa Yunani, polis, yang berarti negara. Dalam pengertian secara umum, politik dimaknai sebagai suatu aktivitas yang dibuat, dipelihara, dan digunakan untuk masyarakat untuk menegakkan peraturan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Peraturan-peraturan yang ditegakkan tentunya bertujuan baik bagi masyarakat di mana peraturan itu dibuat dan ditegakkan.

Terkait politik di Indonesia hari ini, agama bukan hal yang penting di dalam politik, melainkan spiritualitas. Spiritualitas dipandang lebih penting dibandingkan agama, karena spiritualitas menjadi sumber nilai dan etika bagi kehidupan, bahkan untuk menyucikan agama dan politik itu sendiri. Demikianlah yang dikatakan oleh Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Peter Canisius Aman, OFM.

Di dalam perjalanan pelayanan-Nya, Tuhan Yesus juga mendapati bahwasanya para pemuka agama (kala itu) juga berpolitik. Orang Farisi mencoba untuk menjatuhkan Tuhan Yesus dan menjeratNya dengan suatu pertanyaan (15). Mereka seakan menjunjung dan menghormatiNya dengan memanggilNya guru. Namun sanjungan dan penghormatan itu palsu, tidak berangkat dari hati yang tulus. Bukan untuk kebaikan bersama, tapi untuk diri sendiri.

Orang Farisi menjadi contoh bagaimana mereka berpolitik secara kotor. Mereka menggunakan aturan-aturan agama bukan supaya umat taat, namun supaya mereka dipandang lebih baik dengan cara menjelekkan sesamanya. Mereka adalah contoh manusia yang tidak bermartabat karena mereka tidak memiliki spiritualitas. Agama dipakai secara ‘brutal’ untuk kepentingan politik, bahkan dipakai dengan keegoisan, untuk menghasut dan menebar ujaran kebencian.

Mahatma Gandi dan Nelson Mandela adalah contoh nyata pemimpin yang memiliki spiritualitas. Mereka berpihak pada kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan. Ini juga yang diingatkan oleh Tuhan Yesus ketika menanyakan ‘wajah siapa yang tertera di uang 1 Dinar’? pertanyaan itu ingin mengatakan bahwa setiap manusia harus memberikan yang harus diberikan kepada Allah dan juga yang harus diberikan kepada Kasiar (pemerintah).