Jejak Perubahan Bagi Bangsa

Kitab 1 Raja-raja kira-kira ditulis sekitar tahun 560-550 SM dan secara kronologis meliputi empat abad sejarah sejak masa Raja Salomo (970) sampai pembuangan di Babel (586 SM). Pada kala itu masyarakat Israel dibayang-bayangi oleh situasi perpecahan, ”Sepuluh suku yang hilang” (1 Raja 11:31). kematian Salomo (931) ternyata berdampak pada melemahnya pemerintahan. Terdapat penolakan terhadap Rehabeam (anak Salomo) untuk menjadi raja pengganti ayahnya. Penolakan tersebut disertai dengan pemberontakan Yerobeam yang merupakan pegawai Salomo (1 Raja 11:26).

Selain pemberontakan, kemandulan pemerintahan Saul juga membawa kehidupan bangsa Israel pada titik nadir. Bahkan harus memaksa Nabi Elia untuk menghentikan hujan bagi bangsa ini. Elia dan alam menjadi alat Tuhan dalam mengingatkan bangsa Israel agar bertobat, kembali kepada jalan Tuhan. Faktor utama keruntuhan Israel dan Yehuda adalah karena penyembahan berhala serta ketidakbenaran para raja bangsa itu. Rakyat tidak hanya tidak percaya kepada pemerintahan, namun lebih dari itu, mereka juga tidak percaya kepada Allah Sang Pemimpin Sejati.

Berbeda halnya dengan kisah Petrus dalam injil Matius 14. Kisah Petrus menggambarkan tentang ‘tenggelamnya’ Petrus karena tidak percaya pada Tuhan Yesus yang telah memanggilnya untuk datang mendekat. Terkait dengan kehidupan umat-Nya Tuhan tidak pernah ‘bercanda’. Mereka yang sakit disembuhkan-Nya, mereka yang mati dibangkitkan-Nya, mereka yang sedih dihiburkan oleh-Nya. Alasan ini seharusnya cukup agar Petrus tetap bisa berjalan di atas air. Namun mempertahankan iman ternyata tidak semudah itu.

Tulisan-tulisan pada Minggu ini mengajak umat untuk memahami bahwa Allah berkuasa atas lingkup kecil (pribadi) hingga lingkup luas (negara). Allah sanggup melakukan apapun, kita juga bisa menelusuri jejak-jejak-Nya di dalam kehidupan pribadi dan berbangsa kita. Menelusuri jejak-Nya maka akan membawa kita pada kasih-Nya dan semakin menguatkan kita untuk tetap percaya dan berpengharapan hanya kepada-Nya. Oleh karena itu, bersediakah kita meninggalkan jejak perubahan bagi bangsa kita?