Penabur Yang Setia

Untuk bisa mendapatkan hasil panen yang baik, maka seorang petani akan mencari benih yang baik sebelum dia menyemaikan benih-benih itu. Tentunya, semakin baik benih yang ditaburkan, harganya pun tidak sembarangan. Oleh karena itu patut kita bertanya terkait pembacaan ayat Alkitab kita pada hari ini. Mengapa si petani seakan menghambur-hamburkan benih itu sehingga ada yang jatuh (yun. Pipto = berjatuhan) di pinggir jalan, di tanah berbatu-batu, dan sebagian lagi di tengah semak duri? Mengapa petani itu demikian ceroboh?

Nampaknya perumpamaan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus ini ingin menegaskan bahwa benih-benih sorgawi adalah benih-benih yang (sengaja) ditaburkan ke semua jenih tanah (pinggir jalan, berbatu-batu, dan semak duri). Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa Tuhan itu setia, Dia tetap berusaha untuk tumbuh di dalam hati setiap umat-Nya. Kendati demikian, hanya sedikit umat yang memiliki hati yang baik, seperti tanah yang baik.

Lalu bagaimana dengan hati kita? Apakah jenis hati kita? Apakah kita termasuk jenis tanah yang baik atau ketiga jenis tanah yang lain? Jikapun kita memiliki hati yang tidak baik, ingatlah bahwa Allah juga adalah Sang Pemilik Ladang. Dia Sendiri mampu menggemburkan dan mengolah tanah itu. Dia adalah Penabur yang setia. Dia menaburkan namun tidak meninggalkan. Dia menaburkan benih Firman dan merawatnya hingga benih itu menjadi pohon besar yang berbuah.
Kita pun turut diajak menjadi penabur-penabur benih. Perkataan, gagasan, tindakan, dan semua yang kita lakukan itu adalah taburan-taburan benih.

Di manapun dan kapanpun kita diajak untuk menabur benih Firman. Kita tidak pernah tahu jenis hati orang yang kita taburi Firman, namun marilah kita tetap menabur, biar Allah yang menggemburkan dan merawat tanah serta benih itu.