Bersaksi Di Tengah Penderitaan
Di tahun 2023 yang baru berjalan 6 bulan ini kita sudah disuguhi dengan berbagai tayangan televisi yang menyajikan tentang proses peradilan untuk kasus-kasus hukum besar. Di dalam proses peradilan itu tentunya kita bisa melihat bahwa peran saksi sungguh penting. Saksi yang benar maupun saksi palsu memang bisa mempengaruhi hasil penilaian. Namun, saksi yang benar selalu diharapkan bisa menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sebelum menjadi saksi, seseorang akan diminta sumpah bahwa dia akan mengatakan secara jujur dan benar. Di atas kitab suci (sesuai agama) mereka diminta untuk bersumpah. Namun, tidak jarang kita melihat bahwa meskipun sudah diminta sumpah demi nama Tuhan mereka, namun banyak yang bersaksi palsu. Mereka berani bersaksi palsu karena mementingkan diri sendiri, bukan tegaknya kebenaran dan keadilan.
Hidup orang kristen diminta untuk menjadi saksi. Yeremia di tengah jabatannya menyampaikan bahwa dia pun diolok, diejek, dan dicemooh. Yeremia mengalami semua itu karena dia menyampaikan pesan dari TUHAN. Di saat itulah kemudian Yeremia berfikir untuk tidak lagi mau menyampaikan Firman, dan ingin melupakan TUHAN. Di dalam kondisi itu, Yeremia merasakan bahwa di dalam hatinya ada api yang menyala-nyala. TUHAN tidak membiarkan Yeremia begitu saja. Dia justru menyertai Yeremia.
Penyertaan TUHAN atas Yeremia dirasakannya sebagai penyertaan dari pahlawan yang gagah. Mereka yang ingin menjatuhkannya justru akan jatuh tersandung dan tidak akan dapat berbuat apa-apa.
Perjalanan sebagai seorang Kristen memang tidak mudah. Namun ingatlah bahwa TUHAN akan senantiasa datang untuk menolong dan menyertai. Sekarang untuk siapakah kita bersaksi; bagi TUHAN atau diri sendiri?.