Memaknai Ingatan, Menghayati Kebangkitan

Saudara-saudara kita beragama Islam sedang merayakan hari raya Idul Fitri. Mereka bersama-sama merayakan di kampung halaman bersama dengan keluarga besar mereka. Tentunya, untuk bisa mencapai kampung halaman dibutuhkan perjalanan yang panjang. Namun, itu semua tidak menyurutkan semangat mereka untuk segera bertemu dengan sanak saudara mereka. Di dalam perjalanan yang panjang mereka pulang dengan berbagai kenangan dan harapan di dalam diri. Mereka mengingat betapa karib keluarga yang mereka tinggalkan. Mereka mengharapkan pertemuan yang hangat yang akan mereka rasakan.

Kisah perjalanan ke Emaus juga merupakan sebuah kisah perjalanan spiritual yang begitu kentalnya. Dalam perjalanan menuju Emaus, mereka mendapatkan ingatan-ingatan tentang apa yang telah dikerjakan Allah hingga apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Mereka mengingat melalui perkataan Tuhan Yesus (yang kala itu belum mereka sadari keberadaanNya). Di dalam perjalanan penuh ingatan itu, hati mereka membara berkobar-kobar. Mereka seakan dipenuhi gairah, dipenuhi semangat. Puncaknya adalah ketika mereka akhirnya menyadari orang asing yang ada di hadapan mereka adalah Yesus, Tuhan.

Perkataan yang demikian menguatkan itu kemudian membuat mereka memiliki semangat membara untuk kembali ke Yerusalem. Mereka ingin mewartakan apa yang telah mereka alami bersama dengan Tuhan Yesus dalam perjalanan ke Emaus. Kelelahan, gundah, ketakutan, keraguan, telah hilang dari benak mereka. Yang tersisa kini adalah semangat membara untuk mengabarkan berita sukacita. Penghayatan mereka akan kebangkitan tidak berhenti pada ingatan, namun diteruskan hingga pada kesaksian kehidupan. Kiranya semangat itu juga memancar dalam diri kita.