Didamaikan dan Disatukan Karena Kebangkitan Kristus
Pepatah Jawa mengatakan demikian: “Yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja wani-wani”. Arti dari pepatah itu adalah “Kalau berani janganlah ada ketakutan, kalau takut jangan coba-coba”. Yang dimaksudkan melalui pepatah jawa tersebut adalah ketika kita hendak melakukan sesuatu janganlah berlandaskan keraguan, jangan setengah-setengah. Keberanian untuk melangkah ini tentu bukanlah keberanian yang berlandaskan kecerobohan, namun keberanian yang dilandasi oleh ‘pengukuran yang tepat’ atas potensi diri yang dimiliki.
Seorang Petrus ketika menyangkal Tuhan Yesus sebanyak 3 kali memperlihatkan wujud nyata seorang yang dipenuhi keraguan. Di mulutnya dia berkata akan membela Tuhan Yesus habis-habisan, namun dalam kenyataannya dia justru diliputi oleh ketakutan. Namun apa yang dialami Petrus bukanlah dialami oleh dia seorang diri saja. Pengalaman itu ternyata dialami juga oleh para murid yang lain. Bukti para murid yang lain mengalami ketakutan dan keraguan dalam merespon berita kebangkitan Kristus adalah bahwa mereka selalu berjumpa dalam ruang-ruang tertutup. Mereka sama sekali berbeda dengan pengajaran yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus yang selalu mengajar dalam ruang-ruang terbuka agar banyak orang terberkati.
Kendati demikian, nampaknya Tuhan Yesus sungguh memahami ketakutan yang dialami oleh para murid-Nya. Dia juga memahami betapa lemah dan terbatasnya hidup umat-Nya di dunia ini. Oleh karena itu, kita bisa melihat tubuh kebangkitan Kristus juga bukan tubuh yang mulus tanpa luka, melainkan tubuh yang masih membawa serta luka pada tangan, kaki dan lambung-Nya. Solidaritas Allah ini adalah panggilan Allah bagi umat-Nya untuk hidup berdamai dan bersatu dengan Allah yang penuh kasih bagi umat-Nya.