Pertanda Dari Surga
Seorang guru bercakap dengan muridnya, “Guru, bisakah engkau tunjukkan dimana jalan menuju sukses?” “Uhm…” sang guru terdiam sejenak. Tanpa mengucap sepatah kata, sang guru menunjuk ke arah sebuah jalan. Anak muda itu segera berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru. Ia tidak mau membuang waktu untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa saat melangkah tiba-tiba ia berseru, “Ha! Ini jalan buntu!” Bener, di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia terpaku kebingungan, “Barangkali aku salah mengerti maksud sang guru.”
Setelah itu anak itu pun kembali kepada sang guru dan bertanya sekali lagi, “Guru, yang manakah jalan menuju sukses?” Sang guru tetap menunjuk ke arah yang sama. Anak muda kembali berlari ke arah yang sama dan tetap menemui sebuah tembok yang menutupi. Ia pun berpikir bahwa gurunya bergurau dan mempermainkannya. Olah karena itu ia kembali lagi kepada sang guru dan marah, “Guru, aku sudah mengikuti petunjukmu. Tapi yang kutemui hanya sebuah jalan buntu. Tunjukkanlah jalan yang benar menuju sukses! Tapi berbicaralah, jangan hanya menunjuk!”
Sang guru berkata, “Di situlah jalan menuju sukses. Hanya beberapa langkah di balik tembok itu, siapa bilang tembok itu adalah tujuan akhir?” sering kali kita tidak bisa melihat tanda yang dita dapatkan. Tuhan memakai banyak cara untuk menolong kita, namun kita tidak melihat dengan cara pandang Tuhan, akhirnya kita mendapati khampaan di tangan kita.
Di dalam kehampaan dan kekhawatiran serta kekalutan yang dihadapi oleh Yehuda, Ahas memilih mencari bantuan lain dibandingkan mencari Allah. Yesaya menegur dan mencegah Ahas untuk meminta tolong kepada Asyur. Namun Ahas memilih mengikuti rencana dan kebijakannya sendiri. Dia lebih memilih Ayur daripada untusan Allah yang datang kepadanya untuk menolongnya.
Dalam kehamilan Maria, tunangannya, Yusuf juga mengalami kekalutan. Ia bermaksud menceraikan Maria. Namun Malaikat Tuhan datang kepadanya dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang id dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus (ay.20). Meskipun kekalutan menghantui benaknya, Yusuf tahu kepada siapa dia harus percaya, kepada suara hati dan kebijaksanaannya sendiri, atau kepada Alalh dan rencana-Nya. Yusuf memilih percaya kepada Allah. Bagaimana dengan kita? tanda sorgawikah yang kita ikuti?