Kristus Raja Yang Menyelamatkan

Pada minggu ini siaran televisi sibuk menayangkan gelaran KTT G20 di pulau Dewata, Bali. Begitu banyak persiapan yang dilakukan untuk menyambut kepala- kepala negara dari berbagai negara. Gelaran KTT G20 dengan Indonesia sebagai tuan rumah tentunya membuat banyak sekali acara digelar. Hal yang tak kalah menarik perhatian adalah terkait kendaraan yang dipakai oleh kepala-kepala negara. Salah satu yang paling mencolok adalah mobl Joe Biden (presiden Amerika) yang dijuluki ‘the Beast’. The Beast senilai 21,9 miliar rupiah dengan dilapisi baja. Selain itu the Beast juga dilengkapi dengan keamanan canggih yang bisa menahan serangan serta tembakan senjata dari jarak jauh dan jarak dekat, serta juga serangan senjata kimia. Hal lain yang mengejutkan adalah di dalam mobil tersebut terdapat darah Joe Biden yang benar-benar memastikan bahwa presiden Amerika akan aman di dalam mobilnya. Begitulah Joe Biden begitu dilindungi keselamatannya.

Minggu ini gereja, di penjuru dunia, merayakan Minggu Kristus Raja. Gereja merayakan betapa Kristus adalah Raja atas alam semesta. Kristus adalah Raja yang tak terkalahkan, bahkan maut sekalipun takluk kepada-Nya. Namun bacaan Alkitab kita pada hari ini justru menjadi demikian berbanding terbalik dengan status Tuhan Yesus sebagai Raja di raja. Bacaan Injil kita justru menampakkan sosok penuh luka yang sedang meregang nyawa di atas kayu salib. Tidak ada tentara yang mengelilingi untuk melindunginya, bahkan murid-murid-Nya pergi daripada-Nya. Tidak ada transfusi darah, justru tubuh tergantung di salib dengan bersimbah darah. Pemimpin di dunia ini dilindungi dari maut. Namun Pemimpin umat kristiani masuk dalam kerajaan maut dan mengalahkannya.

Hari ini, Minggu Kristus Raja, adalah peringatan tentang betapa besar cinta Kristus bagi umat manusia. Tak ada pengamanan apapun yang melekat di Tubuh Kristus. Sebagai Raja Yang menyelamatkan, Dia memberikan seluruh hal yang ada pada-Nya; cinta, kuasa, tubuh, bahkan darah serta degub jantung-Nya diberikan bagi kita. Kita demikian dicintai-Nya, bagaimana cinta kita kepada-Nya?