Perjumpaan Melampaui Kerapuhan

Perjumpaan antara Maria dan Elisabet adalah perjumpaan dua manusia yang di dalam masyarakat (kala itu) tidak mendapatkan tempat yang baik karena mereka perempuan, serta merupakan perjumpaan dua manusia yang memiliki beban hidup yang sungguh tidak mudah. Maria sebagai seorang yang masih sangat muda mendapatkan tugas yang sangat tidak mudah, dia harus menjadi ibu dari Tuhan Yesus di usianya yang muda tersebut. Elisabet adalah seorang perempuan tua yang sepanjang hidupnya sejak muda hingga tua senantiasa mengharapkan datangnya keturunan dari kandungannya. Elisabet akhirnya mengandung di usianya yang sudah tidak muda lagi.

Maria dan Elisabet sebagai dua perempuan rapuh berjumpa. Namun perjumpaan mereka bukanlah perjumpaan yang merapuhkan. Perjumpaan mereka adalah perjumpaan yang saling menguatkan, perjumpaan yang membawa sukacita dan kekuatan dalam diri keduanya. Di dalam kerapuhan mereka, percakapan dan ungkapan hidup mereka tidaklah membahas tentang kerapuhan yang mereka alami. Namun di dalam kerapuhan mereka, mereka justru meluapkan sukacita mereka atas karunia Allah yang mereka rasakan dalam kehidupan mereka.

Bagaimana dengan perjumpaan kita dan sesama kita pada masa kini? Di masa pandemi ini, perjumpaan kita tak lagi sebebas masa sebelum pandemi. Perjumpaan kita begitu terbatasi oleh situasi. Kita harus mengatur jarak, memakai masker, memastikan diri kita dalam kondisi bersih sebelum dan sesudah berjumpa dengan orang lain. Keterbatan-keterbatasan tersebut tentunya sedikit banyak membuat kita tak lagi mampu menikmati momen perjumpaan yang utuh.

Di masa pandemi ini, teknologi juga membuat kita bisa berjumpa dengan sesama kita meskipun hanya melalui layar kaca. Dalam perjumpaan semacam itu tentu semakin membuat kita tidak bisa menikmati apa itu perjumpaan.

Maria dan Elisabet, meskipun mereka bisa berjumpa secara fisik, batin mereka pun mengalami pergolakan. Jika keduanya memandang apa yang terjadi dalam hidup mereka dari sudut pandang negatif, maka kita tidak bisa menjumpai pujian Maria dan perjumpaan Maria Elisabet yang penuh sukacita dan membawa berkat bagi kita saat ini.

Pandemi ini memang membuat kita tersiksa dan terpenjara. Namun apakah kita mau mencari makna di balik derita ini? Apakah kita mau tetap menjumpai saudara- saudara kita secara online maupun secara onsite? Apakah kita tetap mau menjadi berkat bagi sesama?