Kita Keluarga Allah

Di dalam sebuah keluarga tentunya selalu memiliki tatanan yang berlaku dan dilakukan bersama-sama. Tatanan tersebut dibentuk karena kesepakatan maupun karena kebiasaan-kebiasaan yang berulang. Namun demikian, orang tualah yang paling memiliki peran dalam tatanan keluarga tersebut.

Efesus 2:19 mengatakan, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatanga, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.” Ayat ini menegaskan bahwa kita hidup sebagai keluarga Allah. Allah-lah kepala keluarga kita, Dialah orang tua kita. Oleh Dia-lah tatanan dalam keluarga dibentuk dan lahir.

Mengingat betapa kudusNya Allah dan betapa berdosanya kita sebagai umat manusia, maka sejatinya kita tidak layak untuk ada bersama menjadi anggota keluarga Allah. Namun demikian oleh karena kasih karunia Allah yang telah mengaruniakan Anak-Nya Yang Tunggal, maka kita semua dikuduskan dan dilayakkan menjadi bagian dalam keluarga Allah.

Oleh karena Allah yang telah menguduskan kita dan melayakkan kita menjadi bagian dalam Keluarga-Nya, maka sudah selayaknya bagi kita untuk hidup sesuai dengan tatanan yang ditetapkan-Nya. Karena Allah juga adalah Maha Kudus, maka selain kita harus taat, kita juga harus menjaga kekudusan.
Menjaga kekudusan tidak berarti kita harus memisahkan diri dari kehidupan dunia dan menjadi seorang petapa. Menjaga kekudusan juga bisa dimaknai dengan tetap mengingat Firman Tuhan dan menjaga diri agar apa yang dilakukan senantiasa setia dengan ajaran dalam Keluarga Allah.

Kiranya dalam momen pembukaan bulan keluarga ini, kita bersama melihat dan memeriksa diri dan keluarga kita. Marilah kita periksa apakah kita dan keluarga kita sudah dan senantiasa menempatkan Kristus sebagai Kepala Keluarga kita dan dengan setia melakukan semua yang difirmankan-Nya bagi kita?

Secp