Kita dan Mereka
Dosa yang diperbuat manusia membuat manusia harus ‘hengkang’ dari Taman Eden. Mereka telah menjalani kehidupan yang tidak lagi sejalan dengan kehendak Allah. Alih-alih hidup taat dan setia kepada perintah dan kehendak Allah, manusia justru memilih untuk mendengar dan mengikuti perkataan ‘ular’ dan hidup tersesat karenanya.
Untuk mengembalikan relasi Allah dengan umat manusia, Allah mengirimkan para nabi, imam-imam, serta raja-raja agar manusia kemblai hidup taat memegang dan melakukan kehendak-Nya. Namun, itu semua nampaknya tidak langsung membuat umat Tuhan menjadi taat kembali.
Akhirnya Allah, melalui Tuhan Yesus Kristus, datang ke dalam hidup manusia menjadi sama seperti manusia. Dia bisa disentuh, bahkan Dia turut merasakan penderitaan dan kepedihan serta pergumulan-pergumulan hidup sebagai manusia. Tidak hanya itu, Dia pun mengambil jalan ‘sulit’ agar manusia kembali bisa merasakan betapa besar cinta-Nya kepada manusia.
Allah dengan Kasih-Nya yang begitu besar ingin agar manusia tidak hidup dalam ketersesatan. Allah ingin manusia hidup dengan menjadi teladan kepada sesamanya. Melalui anak-anaknya, manusia diminta untuk menyatakan kasih yang tulus seperti kasih Allah kepada umat manusia.
Kita adalah umat manusia yang dipanggil untuk saling menjadi teladan hidup beriman. Allah begitu tidak berkenan kepada ‘penyesatan’. Oleh karena itu, dengan tegas Dia mengatakan bahwa mereka yang mengadakan penyesatan, maka neraka dengan api yang tak terpadamkan, akan menjadi tempatnya.
Menjadi pengaruh yang baik, itulah kehendak Allah dalam hidup manusia. Seperti halnya garam dengan rasa asinnya yang memberikan kenikmatan kepada masakan, demikianlah hidup manusia diharapkan oleh Tuhan. Dan jika manusia menjadi enggan dan tidak bersedia memberikan pengaruh yang baik (garam kehilangan rasa asinnya), maka hidup manusia sudah tidak lagi ada gunanya.