Pertobatan dan Pengampunan: Bukan Cuma Wacana

Petrus adalah sosok orang yang serius dalam mengikut Tuhan Yesus. Dia seorang yang sederhana dalam berfikir namun memiliki pendirian yang kuat. Petrus memang pernah mengingkari statusnya sebagai murid Tuhan Yesus pada saat malam Tuhan Yesus ditangkap. Namun, dia membuktikan diri bahwa pertobatannya adalah pertobatan yang nyata.
Petrus pada saat itu telah menerima pengutusan dari Tuhan Yesus dan telah mendapatkan hembusan Roh Kudus, datang ke Bait Allah untuk sembahyang (Kis. 3:1). Saat dia melewati pintu gerbang, dia bertemu dengan seorang lumpuh sejak lahir yang selalu diletakkan di dekat pintu gerbang. Petrus yang tidak memiliki apa-apa kemudian memberikan apa yang dimilikinya; di dalamnya ada Kuasa Roh Kudus dan ada wibawa Kristus. Petrus berkata, Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah! (Kis.3:6). Saat itu juga sembuhlah orang itu.

Petrus dan Yohanes diikuti oleh orang yang telah sembuh itu. Petrus menyadari banyak orang heran karena apa yang terjadi melalui dirinya. Oleh karena itu, dia mengingatkan kembali bahwa banyak orang yang terheran-heran itulah yang telah memilih Barabas (pembunuh) untuk dibebaskan, dan memilih Tuhan Yesus untuk disalibkan. Petrus menegaskan bahwa Tuhan Yesuslah yang telah memberikan kesembuhan.

Pertobatan Petrus membuahkan sebuah kesaksian iman. Dia tak lagi meragu saat berkata-kata dan bersaksi. Petrus menunjukkan perubahan kehidupan seorang yang telah bertobat dan menerima pengampunan. Sama seperti pengampunan – Nya adalah nyata, Petrus menanggapi dengan pertobatan yang nyata juga. Petrus terus memuliakan Tuhan Yesus dalam perkataan dan perbuatan – Nya.

Pertobatan selalu dimulai dengan ingatan, seperti halnya Petrus yang mengingatkan orang banyak, atau juga Kleopas yang diingatkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Pertobatan juga tidak hanya berhenti pada wacana “akan berubah, akan jadi lebih baik, akan begini dan begitu”. Pertobatan adalah sikap hati yang disertai dengan sikap hidup, taat kepada Allah.