Cintaku pada Rumah-MU

Pandemi covid-19 sudah setahun membuat kita tidak bisa bersekutu secara leluasa di gedung gereja. Kita hanya bisa bersekutu di rumah kita masing-masing serta juga di jejaring. Sebagai mahkluk sosial, tentunya kita kehilangan ‘sebagian diri kita’ karena tidak leluasa lagi mengekspresikan sisi sosial kita.

Pada bacaa Alkitab kita, Tuhan Yesus mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri (ayt.21). Perkataan Tuhan Yesus tersebut tentu sarat akan makna. Tuhan Yesus ingin mengatkan bahwa manusia tidak boleh terpusat pada apa yang terlihat saja, pada saat itu yang diagungkan adalah bangunan yang disebut Bait Allah. Manusia, tidak boleh terpusat pada apa yang dibuat tangannya, melainkan pada Siapa yang menciptakannya.

Masa pandemi membuat kita tidak bisa bersekutu di gedung gereja yang mungkin telah kita bangun dengan begitu banyak pengorbanan dan waktu yang tidak sedikit, serta harapan bertahun-tahun yang telah dibangun. Masa pandemi ini dipakai oleh Tuhan Yesus untuk kembali mengingatkan manusia bahwa pusat ibadah manusia bukanlah pada tempat yang dibangunnya sendiri. Pusat ibadah manusia seharusnya hanya pada Allah semata.

Cintaku pada Rumah-Mu adalah tema yang berusaha mengingatkan kita kembali bahwa peribadatan kita adalah peribadatan yang didasari akan cinta kita. Cinta kita bukan kepada gedung yang mampu kita bangun dan mampu kita rombak sesuak hati, namun kepada Tuhan Yesus, Anak Allah yang hidup.