Berani Percaya
Bagi kita yang suka mengendarai kendaraan sendiri, baik motor, mobil, maupun sepeda kayuh, tentu kita pernah mengalami saat di mana kita harus menjadi penumpang/dibonceng.
Seringkali saat dibonceng atau menjadi penumpang, kita yang telah terbiasa mengendalikan kemudi akan ‘ngomel’ jika cara berkendara orang yang di samping atau di depan kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Misal saat kita sedang dibonceng, bisa jadi kita akan memiringkan badan kita saat tahu ada lubang di depan, meskipun kita bukan supirnya. Atau kita akan berteriak dan mencoba mengontrol kendaraan dengan mulut kita.
Petrus juga demikian, dia menyeret Tuhan Yesus ke samping. Secara eksplisit ingin mengatakan bahwa Petrus ingin membelokkan rencana Allah dengan rencananya, atau rencana orang-orang pada saat itu yang memiliki pengharapan bahwa Mesias tidak seharusnya mati! Mesias harus hidup dan mengembalikan KEJAYAAN ISRAEL seperti di bawah pemerintahan DAUD. Petrus tidak setuju dengan rencana Allah dan dia hanya mau rencananya sendiri yang terjadi.
Karena sikap Petrus inilah kemudian Tuhan Yesus memarahinya. Kemarahan Tuhan Yesus adalah kemarahan yang ditujukan untuk meluruskan kembali hidup dan pemikiran Petrus supaya Petrus ingat bahwa hidupnya harus sesuai dengan rencana Allah.
Jika demikian, bagaimana hidup kita? Apakah kita berani mengikut Kristus dengan resiko akan dimarahi oleh-Nya jika hidup kita tidak sesuai dengan rencana Allah? Tuhan memberkati