Menyembah Tuhan Dalam Roh Dan Kebenaran

Perpecahan antara orang-orang Yahudi di Kerajaan Utara (Israel, Samaria) dan orang-orang Yahudi di Kerajaan Selatan (Yehuda, Yerusalem) berdampak juga dalam praktik keagamaan mereka. Orang-orang Kerajaan Utara memiliki hambatan untuk menuju Yerusalem untuk beribadah. Untuk itulah mereka membangun tempat ibadah di Betel dan di Dan. Kemudian Yerobeam mendirikan patung lembu emas sebagai ganti tahta YHWH ( dibaca Adonai). Selain itu, orang-orang Kerajaan Utara kemudian meyakini bahwa patung lembu emas sebagai tunggangan dewa-dewi. Bahkan, patung tersebut sering dimaknai sebagai dewa baal. Sekitar tahun 722 SM, Kerajaan Utara dihancurkan oleh Asyur. Mereka dibuang ke Mesopotamia, dan wilayah yang kosong diisi oleh penduduk Mesopatamia, di sinilah percampuran kebudayaan terjadi. Bahkan mereka (orang-orang Kerajaan Utara) yang masih tinggal akhirnya melakukan kawin campur. Inilah sebab orang-orang Yahudi memandang rendah orang-orang Samaria.


Injil Yohanes 4:19-24 pada saat ini menceritakan pertemuan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria pada siang hari. Sebuah simbol bahwa Tuhan Yesus (yang adalah orang Yahudi) ada untuk semua orang, termasuk mereka yang dipandang tidak layak. Dengan perjumpaan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria ini kita belajar beberapa hal: pertama, Tuhan hadir bagi setiap manusia. Oleh karena itu siapapun manusia tidak ada yang perlu merasa tidak layak untuk datang kepada Tuhan (karena semua orang berdosa dan tidak layak di hadapanNya), Dialah yang melayakkan. Kedua, Perjumpaan di sumur dengan Tuhan telah mengubah hati dan memberkati perempuan tersebut. Miliki hati yang terbuka untuk menerima Firman Tuhan, dan dengarkan FirmanNya di manapun kita berada.

Tuhan Yesus hadir di manapun tak terbatas tempat. Oleh karena itu, pandemi yang membuat kita tak bisa beribadah di gedung gereja, mengingatkan kita bahwa beribadahlah kepadaNya dalam kekudusan dan keseriusan di manapun kita berada. Selanjutnya, melalui perjumpaanNya dengan perempuan Samaria di siang hari, Tuhan ingin menunjukkan bahwa itulah yang dikehendaki Allah; Allah ada bagi setiap manusia tanpa kecuali, bahkan bagi mereka yang ditolak dan dipandang tidak layak.