Memahami, Mengalami dan Melakukan
Pada saat ini kita sering mendengar kata ‘nyinyir’. Kata ‘nyinyir’ sendiri memiliki arti ‘mengulang-ulang perintah’ atau juga bisa diartikan sebagai ‘cerewet’. Namun, kata ‘nyinyir’ yang kemudian sering dikatakan pada saat ini maknanya cenderung bersifat negatif. Seorang dikatakan suka ‘nyinyir’ apabila dia suka membicarakan orang lain dan cenderung merendahkan, dan biasanya tanpa dasar yang kuat.
Belakangan kita mendengar orang-orang ‘nyinyir’ terhadap keputusan pemerintah terkait dengan vaksin. Mulai dari membicarakan tentang menteri kesehatan yang bukan seorang dokter. Kemudian keputusan tentang penggunaan vaksin ‘sinovac’ direndahkan karena negara lain jarang yang menggunakannya. Tentang vaksin yang berbayar, pun setelah pemerintah menggratiskan tetap ada nyinyiran bahwa vaksin itu harus dicoba dulu oleh presiden. Setelah presiden akan mencoba, masih ada yang berkata bahwa harus disiarkan secara live. Begitu acara disiarkan secara live, ada yang mempertanyakan apakah vaksin tersebut sama dengan yang disuntikkan ke Raffi Achmad, dan seterusnya. Nyinyir menjadi senjata yang dipakai untuk menolak keputusan pemerintah sekaligus untuk menjatuhkan. Nyinyir bermula dari hati yang telah menolak.
Di dalam Injil, kita mendapati kenyataan yang berbeda. Orang-orang yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk menjadi murid-muridNya tidak ada yang beradu pendapat dahulu dengan Dia dan setelah kalah berpendapat baru kemudian menerimaNya. Mereka (para murid) yang diajak mengikuti Dia, ikut dengan hati yang terbuka. Pun demikian dengan yang disebutkan di Injil Yohanes tentang Filipus dan juga Natanael. Kedua orang ini memiliki hati yang terbuka untuk Kristus.
Mereka adalah contoh dari orang-orang yang begitu merindukan kedatangan Juru Selamat, Mesias, yang akan menyelamatkan mereka dari tangan penjajah. Pada saat mereka menjumpaiNya, mereka mampu memahami apa yang disampaikan olehNya adalah hal yang benar. Dalam pemahaman itu, merekapun ikut serta denganNya dan mendapatkan pengalaman bersama Dia. Dari pemahaman dan pengalaman itu, mereka hidup semakin setia kepada Allah dan mereka tidak segan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Tuhan Yesus adalah Allah yang terbuka untuk manusia, Dia bersedia kita datangi sehingga kita mampu memahamiNya, mengalami pengalaman iman, dan lebih dari itu; turut berkarya bersamaNya.