Sukaria Menyambut Sang Penebus

Pandemi covid-19 merubah begitu banyak cara pandang manusia. Pandemi ini membuat orang berkata bahwa ternyata uang dan segala kemewahan tak mampu mengubah segala yang Allah telah kehendaki. Allah berkehendak maka segala sesuatu terjadi.

Selain raja-raja dan para nabi dan imam, Allah juga berkehendak untuk memakai orang-orang kecil dan sederhana untuk menjadi sarana karyaNya. Yusuf dan Maria adalah bukti bahwa Allah tak pandang kaya atau miskin, semuanya sama di hadapanNya.

Jika demikian, bagaimana tanggapan kita? Apa yang harus kita lakukan jika Dia mau menerima kita apa adanya? Apakah yang harus kita berikan jika Dia selalu memahami keadaan kita?

Menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa belajar dari Yusuf dan Maria. Meskipun mereka orang sederhana yang mendapatkan tanggung jawab yang besar, namun mereka tidak menjadi jumawa dan sombong. Mereka tetap menjadi seperti apa adanya mereka sebelumnya. Mereka tidak memberikan dari apa yang tidak ada pada diri mereka. Mereka memberikan diri mereka, mereka mempersembahkan burung tekukur (persembahan orang kecil pada masa itu).

Sukaria menyambut Sang Penebus perlu ditunjukkan dengan segenap keberadaan diri kita. Di masa pandemi ini kita semakin bisa memahami apa arti persembahan diri dalam menyambut Sang Penebus. Kita tak bisa merasakan kemewahan musik natal, dekorasi jutaan rupiah, baju mewah dan mahal. Kita hanya bisa memberi diri dan beribadah dalam kesederhanaan keluarga kita.

Marilah kita bersukacita menyambutNya dengan sebagaimana adanya kita, seperti saat Dia menciptakan kita.