Hamba yang Dipercaya
Pada perikop Injil Yohanes 21:15-19, saat Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus, ‘apakah engkau mengasihi Aku?’ sebanyak 3 kali maka di dalam teks aslinya kita akan mendapati bahwa ternyata Tuhan Yesus menanyakan kepada Petrus terkait dengan kasih agape. Namun pada kenyataannya, 2 kali Tuhan Yesus bertanya dengan menggunakan agape, 2 kali juga petrus menjawab dengan philia. Kemudian pada pertanyaan terkahir, Tuhan Yesus bertanya apakah Petrus philia terhadap-Nya? Petrus menjawab bahwa dia philia pada Yesus. Pelajaran apa yang didapatkan di sini? Tuhan Yesus memahami keterbatasan Petrus (baca: manusia) dan Tuhan Yesus ingin manusi mengasihi Dia seperti yang manusia mampu lakukan.
Jika kita menilik pada Perjanjian lama, tentang runtuhnya tembok Yerikho pada jaman Yosua (Yosua 6:1-27), kita pun akan melihat bahwa Tuhan menginginkan manusia melakukan apa yang diperintahkanNya, tidak lebih tidak kurang. Tuhan memahami keterbatasa bangsa Israel yang sulit menembus tembok Yeriko yang kira-kira setebal 6 meter dan setinggi 15 meter. Oleh karena itu, TUHAN memerintahkan bangsa Israel untuk mengelilingi tembok itu dengan membawa tabut perjanjian selama 6 hari berturut-turut dengan tanpa bersuara, sekali putaran tiap hari. Namun pada hari ke-7 TUHAN memerintahkan umat untuk mengelilingi sebanyak 7 kali putaran dan pada putaran ke-7 saat sangkakala panjang dibunyikan maka umat disuruh untuk bersorak, dan tembokpun runtuh.
Pada perikop minggu ini, kita disajikan juga tentang bagaimana Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Allah itu memahami keterbatasan manusia. Hamba (manusia) diberikan talenta (modal) dan diminta untuk mengusahakannya. Apakah Tuhan memberikan target keuntungan? Tidak. Para hamba diberikan menurut kesanggupannya, jadi sudah ada ‘deal’ di awal. Semua menerima sesuai yang disanggupi. Para hamba yang tidak memiliki modal diberikan modal sesuai kesanggupan mereka. Setelah itu, Tuhan memberikan waktu kepada mereka untuk mengusahakan sesuai kesanggupan mereka. Para hamba yang sudah menerima talenta itu semua mendapatkan kepercayaan yang sama dari tuannya. Yang menjadi persoalan adalah ada yang tidak memanfaatkan kepercayaan itu.
Tuhan sudah percaya pada kita, Dia juga memahami seluk beluk hidup kita, pertanyaanya adalah, apakah kita bisa menjaga kepercayaan itu? Apakah kita bisa memanfaatkan karunia pemberianNya?