Bijaksana Dan Antisipatif

Pada saat ini hampir semua orang memiliki telepon genggam. Ada kalanya ada orang yang kita anggap penting itu berjanji akan menelpon kita. Untuk itu, maka kita harus senantiasa memastikan baterai telepon kita tetap terisi. Kemudian, kita juga harus memastikan bahwa kita tidak menggunakan telepon tersebut. Namun, apakah kita sama sekali tidak bisa menggunakannya? Ya...kita tetap bisa dan boleh menggunakannya. Kita bisa mengirim dan menerima pesan, kita juga bisa menggunakan aplikasi-aplikasi lain yang ada di dalam telepon genggam tersebutk. Hal ini adalah gambaran hidup yang bijaksana dan antisipatif.

Hal bijaksana dan antisipatif seperti apa yang dicontohkan melalui perikop Injil Matius 25:1-13 ini?
Perempuan-perempuan yang bijaksana adaalah mereka yang membawa tambahan minyak saat menanti mempelai datang. Mereka tahu bahwa kedatangan mempelai tidak terprediksi, tapi mereka juga tahu bahwa mempelai pasti datang. Oleh karena itu, mereka tidak hanya membawa minyak cadangan (ayt.4) tapi mereka juga tetap memberi waktu bagi tubuh mereka lelah untuk beristirahat (tidur, ayt.5).

Sebagai orang kristen yang taat, kita bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh gadis-gadis yang bijaksana dalam perikop kita. Kita harus tetap menyalakan api/pelita kita, iman kita. Iman kita harus terus kita nyalakan dalam tiap tarikan dan hembusan nafas kita,di tengah pekerjaan, sekolah, kegiatan rumah, kegiatan kemasyarakatan, kesendirian, suka-duka, dan seluruh aktifitas kita, api iman kita harus tetap menyala.

Mungkin suatu ketika kita bisa merasa lelah untuk beriman. Namun sebagai orang kristen yang bijaksana, kita akan mengingat bahwa kelelahan kita bukanlah fokus hidup kita. Fokus hidup kita adalah menyongsong Sang Mempelai. Persoalan-persoalan, pergumulan, sakit penyakit, kesulitan keuangan, kesulitan komunikasi, dan kesulitan serta persoalan lainnya tidak menjadi penghalang bagi kita untuk tetap mengobarkan pelita iman kita.

Bijaksana dan atisipatif, kita hidup bijaksana dengan tahu prioritas hidup kita (menyongsong Sang Mempelai) dan tetap mengusahakan agar pelita iman kita tetap menyala (antisipatif).