Semua Untuk Allah
Sambil memegang mata uang itu Yesus bertanya, “gambar dan tulisan siapakah ini?” Orang Farisi menjawab, “gambar dan tulisan Kaisar.” Berdasarkan jawaban mereka, Yesus memberikan penekanan sekaligus menambahkan, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (ay. 21).
Memaknai ayat tersebut tidaklah mudah. Teologi umat yang kerap dijumpai di tengah masyarakat mengatakan bahwa kehidupan rohani dan kehidupan duniawi tidaklah bisa disatukan. Ayat di atas seakan menjadi ‘pendukung’ bagi sikap hidup yang membedakan kehidupan rohani dan kehidupan duniawi.
Tuhan Yesus ingin mengingatkan perihal ketaatan kepadan murid-murid yang ada pada saat itu. Dia menegaskan bahwa ada sikap membedakan di dalam diri umat. Namun demikian, perbedaan itu seharusnya bukan menjadi alasan untuk membedakan. Justru untuk mengingatkan bahwa seharusnya untuk negara, manusia juga harus memberikan yang terbaik karena ingat bahwa Tuhan adalah pencipta dunia ini, termasuk keberadaan pemerintah-pemerintah di dunia ini adalah berkat dari Allah yang mengijinkan segala sesuatu ada.
Beriman kepada Allah bukan berarti tidak mempedulikan keberadaan sesama, lingkungan, maupun bangsa dan negara. Beriman kepada Allah berarti bahwa kita harus terus memberikan yang terbaik kepada Allah melalui segala hal yang ada di hidup kita. Sebaliknya, kita mengimani bahwa segala hal yang ada di sekitar kita adalah ciptaan Allah yang Maha Kuasa dan melalui itu semua kita memuliakan Allah.