Tetaplah Nyatakan Kebenaran Kristus

Seorang saksi di pengadilan disumpah bukan untuk berkata-kata tentang dirinya sendiri, namun untuk mengatakan kebenaran tentang apa yang diketahui tentang kasus yang sedang diperkarakan. Demikian halnya dengan orang Kristen yang adalah saksi-saksi bagi Kristus. Orang Kristen dalam kesaksiannya harus mengatakan tentang apa yang dialami, diketahui, dibaca, dipelajari, didengar, dan dipergumulkan bersama dengan Kristus. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit orang Kristen justru dalam kesaksiannya hanya mengatakan ‘apa yang ingin’ dikatakannya, bukan apa yang ingin Tuhan katakan, melakukan apa yang ‘ingin dilakukan’ bukan apa yang ingin Tuhan lakukan, segalanya bukan dalam rangka menyatakan kebenaran Kristus, tapi ‘kebenaran saya’.

Ilustrasi tentang burung pipit(ayt.29) dan rambut di kepala(ayt.30) adalah ilustrasi yang menarik. Tuhan Yesus menggunakan sesuatu yang dinilai orang sebagai sesuatu yang sangat tidak berharga. Menurut kamus Browning, uang dalam jumlah ‘seduit’ adalah jumlah yang sangat sedikit. Mata uang ini adalah mata uang terkecil pada kala itu, dalam bahasa Yunani disebut ‘kodrante’, disebut juga sebagai upah sehari dari seorang pekerja ladang. Tuhan Yesus mengatakan bahwa uang seduit bisa membeli 2 ekor burung pipit, begitu murahnya harga burung pipit, namun demikian Tuhan tidak membiarkannya jatuh ke bumi tanpa ijinNya. Tuhan Yesus ingin menekankan tentang anugerah dan kemahakuasaan Tuhan.

Dalam penekanan terhadap anugerah dan kemahakuasaanNya itu, Tuhan Yesus menekankan kembali dengan lebih dalam. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna diajak berkaca melalui rambut kepala. Rambut kepala pun mendapat perhatian dari Tuhan, apalagi manusia! Perumpamaan-perumpamaan tersebut ingin menekankan tentang sebuah pesan utama dalam perikop ini, yang terdapat dalam ayt.27, “apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.”

Orang Kristen diajak untuk bersaksi, memberitakan kebenaran tanpa takut apapun karena Tuhan Yesus selalu menyertai dan menjamin kehidupan manusia. Apakah kita masih ragu terhadap penyertaan Allah sehingga kita ‘takut’ untuk menjadi saksiNya?