Menerima Aliran Hidup dari Roh

Di dekat rumah pastori yang saya tempati, terdapat selokan untuk mengalirkan limbah rumah tangga dan juga air hujan. Hampir di semua bagian selokan itu terdapat jentik-jentik nyamuk karena terdapat genangan-genangan air. Namun di dekat pastori terdapat juga selokan yang terdapat ikan-ikan kecil di dalamnya. Ikan-ikan itu jumlahnya cukup banyak. Setelah saya perhatikan, memang selokan tersebut terdapat di lokasi yang tidak ada rumah, dan hanya ada kebun. Di kebun itu saya melihat ada sumber mata air. Di dalam genangan air terdapat bibit-bibit nyamuk yang berbahaya, sedangkan di aliran air dari sumber mata air terdapat ikan-ikan yang berenang.

Air menjadi alat bagi Tuhan Yesus untuk memberi perumpamaan tentang betapa berharganya air bagi mahluk hidup. Mahluk hidup membutuhkan air untuk bertumbuh. Manusia bisa bertahan lebih lama hidup tanpa makanan dibandingkan hidup tanpa air. Kekurangan air bisa membuat manusia dehidrasi dan akan membuat sistem dalam tubuh manusia tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya, bahkan akan memberi dampak kematian.

Sejalan dengan betapa pentingnya air dalam kehidupan manusia, Tuhan Yesus kembali mengingatkan tentang begitu lemahnya manusia jika tidak hidup tanpa Roh Kudus di dalam dirinya. Tanpa Roh Kudus, manusia akan mati, tidak memiliki pengharapan, tidak ada sukacita, dan tidak ada damai sejahtera.

Manusia membutuhkan Roh Kudus untuk mengetahui segala yang baik yang berasal dari Bapa. Manusia membutuhkan tuntunan Roh Kudus untuk bisa memiliki hidup yang penuh kasih dan pengharapan. Roh Kudus adalah Allah yang memberikan kekuatan di saat kita lemah, Dia adalah Allah yang memberikan pengharapan di saat tidak ada pengharapan yang sanggup dijumpai, Dia adalah Allah Sang Sumber Kasih yang terus membuat kita mampu mengasihi meskipun terus menerus disakiti.

Menjadi pergumulan bagi kita semua, apakah kita mau menerima Roh Kudus? Apakah kita mau membiarkan Roh Kudus itu terus berkarya di dalam diri kita, ataukah kita justru menutup ‘sumber mata air’ itu dengan egosentris kita? Apakah kita mau percaya kepada Roh Kudus atau percaya kepada akal fikiran kita saja? Selamat menghayati masa Pentakosta.

Tuhan memberkati.