Nafas Hidup

Beberapa hari yang lalu, saat saya sedang memainkan biola, saya dan istri dikejutkan oleh lolongan Bony, anjing kami. Lolongannya semakin panjang seakan ingin ikut bernyanyi bersama dengan lagu yang saya mainkan. Ini adalah kali pertama kami melihat anjing kami melolong meresapi sebuah lagu.

Dari kejadian di atas, kemudian saya coba untuk mengingat apa yang terjadi dalam relasi kami dengan anjing kami. Ternyata memang kedekatan kami dengan Bony beberapa minggu ini terjalin dengan baik. Saat pagi Bony akan mengajak kami berjalan-jalan, dia menggonggong sepanjang waktu, kemudian dia akan menurut duduk jika dia diminta duduk untuk dipakaikan rantainya. Dalam hal lain, Bony juga akan duduk jika kami minta duduk saat akan makan, atau bahkan dia akan duduk dengan sendirinya saat kami sedang makan, berharap akan diberikan makanan. Kami dan Bony kini memiliki relasi yang semakin baik, kami saling mengerti.

Hal yang sama, saat kita membaca teks Injil Yohanes 17:1-11 ini, kita juga akan mendapati sebuah relasi yang begitu intimnya antara Tuhan Yesus dan Bapa. Tuhan Yesus begitu memahami kehendak Bapa, dan Bapa juga mengerti Anak dengan baik. Bagaimana Tuhan Yesus dan Bapa yang begitu peduli kepada manusia juga tercermin di dalam Injil ini, ayt. 6, “Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.”

Perikop tentang Doa Yesus untuk murid-murid-Nya ini adalah gambaran relasi sejati antara Bapa dan Anak. Di dalam doa, Yesus dan Bapa berkomunikasi, tidak terpisahkan dalam karya-karyaNya. Bagaimana dengan hidup kita? Apakah kita juga dengan sukacita mau meneladani keharmonisan hubungan Allah Trinitas? Kita tidak bisa hidup dari Tuhan, setiap hari kita bisa hidup karena rahmat Allah, bukankah seharusnya kita juga terus melekat kepadaNya.

Marilah kita belajar untuk memiliki relasi yang sejati, relasi yang saling mengerti, relasi yang saling memahami. Kristus demikian memahami hidup kita, mari kita juga belajar memahamiNya. Mari kita terus melekat padaNya seperti kita tak bisa hidup tanpa nafas kita.