Gembala Yang Baik

Di dalam kehidupan Israel pada jaman itu, untuk menggembalakan kawanan domba mereka, para gembala akan membuat batasan berupa batu-batu yang disusun sebagai dinding. Bentuknya bisa melingkar atau kotak. Dinding batu itu dibuat dengan tinggi tertentu sehingga domba gembalaan mereka tidak bisa melalui atau melompatinya. Untuk akses keluar dan masuk domba-domba ini, maka dibuatlah sebuah pintu, tanpa daun pintu. Di tengah pintu inilah kemudian gembala akan duduk dan beristirahat sembari menjaga domba agar tetap tenang di dalam kandangnya.

Begitulah kita bisa memahami konteks bacaan kita. Selain menggembalakan, seorang gembala bertugas juga sebagai pintu / penjaga bagi domba-dombanya. Gembala yang baik akan melakukan tugasnya dengan benar. Dia pun akan dikenali oleh domba-domba peliharaannya melalui suaranya.

Tuhan Yesus adalah gembala yang baik, dan kita adalah domba-dombaNya. Jika Tuhan sudah begitu baik bagi kita, apakah respon yang harus kita lakukan? Jika kita adalah domba-dombaNya, apakah kita mengenalNya, apakah kita juga mengenal suaraNya, apakah kita menuruti kehendakNya, dan apakah kita merasa aman berada di dekatNya.
Marilah kita periksa di dalam hati kita masing-masing; apakah Tuhan Yesus sudah menjadi gembala yang baik bagi kita? Kemudian kita juga perlu bertanya pada diri kita masing-masing, apakah kita juga sudah menjadi jenis domba yang baik?