Rendah Hati Tanda Anak Tuhan
Peristiwa yang disebutkan dalam perikop ini terjadi pada waktu orang-orang Yahudi berarakan menuju ke Yerusalem untuk merayakan pesta Paska Perjanjian Lama yaitu pesta peringatan akan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Dalam peziarahan dari Yerikho ke Yerusalem yang memakan waktu sekurang-kurangnya tujuh jam itu muncullah percakapan-percakapan tentang siapakah Yesus. Mereka mempercakapkan apakah Yesus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Romawi ataukah yang lainnya. Pengharapan bahwa Yesus adalah pahlawan yang akan berperang dengan senjata kemenangan untuk mengalahkan bangsa Romawi menjadi begitu kuat dalam arakan peziarahan itu karena mereka pada saat itu juga sedang mengenang peristiwa pembebasan bangsa Israel dari Mesir.
Di tengah-tengah situasi yang semacam itu, Yesus yang tidak biasanya bertindak “demonstratif“, saat itu Ia melakukannya. Ia mengendarai seekor keledai muda dan diarak oleh para murid dan orang banyak pada saat itu. Dengan tindakan-Nya ini Yesus hendak menunjukkan bahwa Ia adalah Mesias, yang datang dengan lemah lembut dan dengan mengendarai seekor keledai, bukan dengan mengendarai kuda, yang selalu dipakai dalam perang. Yesus tidak datang dengan kekuatan senjata melainkan dengan tindakan kasih. Ia menyatakan kepada banyak orang bahwa Ia adalah Raja Israel, Raja Damai yang memberitakan damai kepada bangsa-bangsa (Za. 9:9,10).
Jika Tuhan Yesus yang berkuasa di atas segala sesuatu saja menunjukkan kerendahan hati, siapakah manusia (kita)? Sungguh kita seringkali memperlihatkan bahwa kita adalah manusia-manusia yang seakan mampu mengendalikan dunia dengan kemampuan kita. Kita begitu ‘pede’ dengan kemampuan yang kita miliki, ilmu yang kita pelajari, informasi yang kita kumpulkan, dan segenap hal yang ada pada kita. Dengan segala yang kita miliki, kita ingin menunjukkan diri bahwa kita mampu memimpin dan mampu menaklukkan dunia. Pertanyaannya, siapa sebenarnya diri kita ini?
Beberapa hari lalu kita dihebohkan dengan orang-orang yang menolak jenasah korban covid 19. Mereka yang menolak merasa diri benar dan mengetahui segala sesuatu, mereka bukan orang-orang rendah hati yang mau mendengar dan belajar hal-hal baru. Hati mereka tertutup oleh ketakutan dan kekhawatiran. Kristus sudah meneladankan kita sikap rendah hati, tanda kasih, tanda ketidaktakutan dan kekhawatiran. Maukah kita meneladaniNya?