Merespon Anugerah dan Panggilan Allah
Sebuah armada kapal tidak akan merekrut anak buah kapal tanpa mengetahui kapasitas calon anak buah kapalnya. Mengapa? Karena sebuah perjalanan pelayaran membutuhkan kecakapan dan keprofesionalitasan. Oleh karena itu, stiap orang yang ingin menjadi anak buah kapal harus terlebih dahulu memperlengkapi dirinya sebelum dia mendaftarkan dirinya menjadi anak buah kapal. Jika panggilan Allah meneraokan standar yang maksimal, maka tak seorangpun di dunia yang bisa menjadi rekan sekerjaNya.
Dalam bacaan Injil saat ini, diperlihatkan bagi kita tiga tokoh yang telah merespon panggilan Allah dengan ketaatan. Tokoh pertama adalah Tuhan Yesus, tokoh kedua Yohanes dan tokoh ketoga adalah muridmurid yang pertama. Merespon panggilan Allah berarti mendengar dahulu apa yang Allah mau dari kita, seperti halnya Tuhan Yesus tahu bahwa Dia harus datang dan menyelamatkan manusia, Yohanes datang untuk membaptis dan mempertobatkan, murid-murid dipanggil untuk menjadi penjala manusia. Apakah dalam memenuhi panggilan Allah tidak ada konsekwensi yang harus dibayar? Pasti ada! Konsekwensi yang mereka hadapi adalah penolakan, penderitaan, bahkan kematian.
Setiap manusia yang mau merespon Panggilan Allah perlu memahami ttg konsekwensi2 yang harus dihadapi. Namun demikian panggilan itu sendiri bukanlah sebuah hal yang menakutkan. Panggilan Allah kepada manusia adalah panggilan untuk membawa damai sejahtera dan sukacita bagi dunia. Panggilan itu adalag panggilan yang sebenenarnya tidak layak diterima oleh manusia karena begitu tidak layaknya manusia. Dengan merespon panggilan Allah itu, maka kita sedang menerima anugerah yang tidak tertara, karena Allah yang Maha Suci sedang mengajak kita untuk bersama-sama denganNya melakukan karyaNya.
Selain dari memahami konsekwensi, apakah tidak boleh ada kegagalan dalam merespon panggilan Allah? Tuhan Yesus pernah berdoa dengan begitu sedih di taman Getsemani, Yohanes pernah menyuruh utusannya untuk menanyakan apakah Yesus adalah benar yg dinanti? Petrus sebagai salah satu murid Tuhan Yesus pernah menyangkal Yesus tiga kali. Oleh karena itu, bukan kesempurnaan yang Tuhan pandang, tapi kesungguhan hati.