Berani Meminta, Berani Bersyukur

Samaria dihuni oleh orang-orang yang dipandang najis oleh orang-orang Israel. Mengapa? Mereka sebenarnya ada keturunan Israel, namun 'darah' mereka sudah tidak murni karena mereka adalah orang-orang yg sudah kawin campur. Kemudian, orang-orang Samaria sendiri memiliki 4 allah yang mereka sembah, hal ini sungguh menjijikkan bagi orang-orang Israel.Karena kenajisan orang-orang Samaria inilah kemudian untuk menginjakkan kaki di tanah Samaria saja orang-orang Israel tidak mau. Mereka membangun 'tembok pemisah' dengan orang-orang Samaria.

Meskipun orang Israel menutup diri pada orang-orang Samaria, namun tidak semua orang-orang Samaria menutup diri dari Allah Yakub.

Tuhan Yesus juga tidak menoĺak mereka yang dipinggirkan.

Demikian juga terhadap orang-orang kusta yang juga dipandang najis oleh orang-orang Israel. Meskipun darah mereka sama, orang kusta tetap dipandang tidak 'selevel' dengan kebanyak orang Israel. Mereka yang sakit kusta tetap dikasihi oleh Tuhan Yesus. Di sinilah kita bisa melihat betapa jahatnya peraturan-peraturan yang diterapkan oleh bangsa Israel dan begitu baiknya kasih Tuhan pada manusia.

Tuhan tidak berhenti mengasihi manusia meskipun mereka berdosa. Tuhan tidak berhenti mengasihi orang Israel dan orang Samaria. Tuhan juga tidak mencabut kesembuhan 9 orang kusta yang sudah disembuhkan.

Saat satu orang yang disembuhkan Tuhan Yesus langsung kembali dan bersyukur kepada Tuhan Yesus, mungkin cerita kesembuhannya terlambat diterima oleh keluarganya dan dia juga tidak bisa langsung bersaksi pada para imam. Namun satu orang ini tahu prioritas hidupnya. Dia telah disembuhkan, disucikan, dan dipulihkan statusnya (dari najis menjadi tahir). Dia telah mendapatkan hal yang tidak dialami semua orang, maka dia bersyukur.

Bersyukur butuh keberanian, karena dengan bersyukur berarti kita berani mengkesampingkan kebahagiaan-kebahagiaan duniawi dan memilih untuk dekat dengan Sang Pemberi Anugerah.