Informasi atau Transformasi

Orang tua kita, pasti pernah kesal terhadap kita karena sikap kita. Kekesalan tersebut misalnya timbul karena berulang kali kita diberi nasihat atau teguran, namun berulang kali juga kita melanggarnya. Kita tahu tentang hal-hal yang dibenarkan atau tidak dibenarkan di tengah keluarga kita. Namun kita ‘cuek’, tidak mempedulikan nilai tersebut. Alih- alih menjadi semakin mengerti dan menurut, kita justru semakin punya alasan untuk tidak melakukan nilai-nilai yang berlaku di tengah keluarga. Kita tahu tapi tidak mau tahu.

Dalam hidup di masyarakat, tidak jarang kita menemui para pengendara kendaraan bermotor yang dengan tanpa merasa bersalah dan tanpa ada perasaan takut melanggar rambu-rambu yang sudah terpasang. Penyuluhan penegak hukum bahwa melanggar rambu-rambu tidak hanya membahayakan bagi diri sendiri tetapi bagi orang lain juga tidak membuat sikap sebagian masyarakat berubah.

Hal yang serupa dengan apa yang tertulis di atas juga terjadi dalam kehidupan iman manusia. Di dalam pemahaman iman GKI, sesuai dengan yang tertera dalam Tata Gereja dan Tata Laksana GKI hal. 343-344, Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan kesaksian yang menyeluruh mengenai Allah yang menyatakan diri, kehendak dan karya penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatanNya kepada manusia, dan juga mengenai jawaban manusia terhadap-Nya. Pusat kesaksian yang menyeluruh tersebut adalah pada Yesus Kristus “Firman yang menjadi manusia”. Dengan demikian, dengan belajar tentang Alkitab, maka kita juga sedang belajar tentang bagaimana Allah berkarya dan bagaimana respon manusia terhadapNya. Apa yang terjadi pada saat ini? Pada saat ini tidak jarang di dalam kehidupan iman kita, banyak yang hanya sebatas ‘tahu’ namun belum menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan untuk diubahkan, untuk ditransformasi oleh Tuhan.

Injil Lukas 12:54-56 memperlihatkan bagaimana Tuhan Yesus mengkritik para pemuka agama yang banyak mengetahui tentang berbagai kejadian alam (juga tentang apa yang ada dalam kitab-kitab suci) namun tidak menerapkan apa yang mereka pahami tersebut di dalam hidup mereka. Firman Tuhan yang ada di tangan mereka tidak mengubah hidup mereka karena kekerasan hati mereka.