Berbagi Adalah Berkat

Seperti diketahui bersama, setiap kali ibadah Minggu selesai, maka penatua pendamping, kolektan, serta beberapa pribadi yang terpanggil, akan duduk bersama untuk menghitung uang persembahan yang telah dikumpulkan bersama oleh jemaat. Penghitungan persembahan diilakukan dengan terlebih dahulu memisahkan antara kantong 1 (hitam) dan kantong 2 (merah). Uang yang telah dikumpulkan akan kembali dipisahkan berdasarkan nominalnya, mulai dari yang terkecil (pada umumnya) 500 rupiah, 2000 rupiah, hingga 100ribu rupiah. Semua disusun rapi dan kemudian akan dilaporkan kepada Bendahara dan terakhir akan disimpan di Bank.

Di dalam proses penghitungan ini, kita bisa melihat dan berefleksi bahwa uang dengan pecahan kecil maupun besar bukanlah ukuran Tuhan mau menerima persembahan tersebut. Sekecil apapun uang yang kita kumpulkan, atau sebesar apapun uang yang kita persembahkan, Tuhan tidak akan membedakannya. Tuhan hanya akan melihat hati dari tangan-tangan yang memasukkan uang persembahan tersebut; Tuhan melihat ketulusan, Tuhan melihat kesukacitaan, Tuhan melihat komitmen.

Tidak penting jumlah uang yang kita miliki dan kita persembahkan kepada Tuhan. Yang terpenting adalah HATI KITA TIDAK TERIKAT PADA MATERI yang ada pada kita. Pengkhotbah mengatakan bahwa sebagian besar manusia di bawah kolong langit melakukan sesuatu yang sia-sia dan usaha menjaring angin(Pkh.1:14). Sedangkan Surat Paulus kepada jemaat Kolose menegaskan apa yang dilakukan oleh manusia di dunia seharusnya demi perkara yang di Atas, bukan yang di bumi (Kol.3:2). Mengapa demikian? Tuhan Yesus menegaskan bahwa perilaku yang dilakukan oleh manusia pada saat hidup hendaknya sesuai dengan pengajaran tentang mengasihi, tentang Kasih. Materi yang dimiliki manusia, tidak akan mampu membeli kasih Allah.

Kita bisa berbagi kepada sesama, kita juga bisa memberikan apa yang harus diberikan dalam ibadah (persembahan). Namun apakah saat melakukan itu semua, kita melakukannya dengan hati yang terarah kepada Kristus? Kepada yang di Atas? Kepada perkara-perkara Sorgawi? Ataukah demi dilihat baik, rohani, beriman, demi kepuasan diri, demi ego semata, demi perkara duniawi, yang sia-sia, yang fana dan tak berguna?

Berbagi adalah berkat, karena dengan berbagi kita sedang merayakan tentang berkat yang tak terbeli yang terus kita rasakan, keselamatan (yang adalah pemberian Tuhan).