Belas Kasihan Bukan Mengabaikan
X: Mengasihi orang lain? Tidak salah? Jaman sesusah ini aku harus mengasihi orang lain?
Y: Ya mengasihi orang lain
X: Mengapa aku harus mengasihi? Mereka sudah terlalu jahat kepadaku, berpuluh kali aku sudah mengampuninya, tapi dia tidak pernah menunjukkan perubahan.
Y: Ya, tetaplah kita harus mengasihi?
X: Mengapa?! Sudah habis kesabaranku untuk mengasihi. Bagaimana kalau dia nanti berbuat jahat lagi kepadaku setelah aku mengasihinya? Bagiku, mengasihinya adalah hal paling sulit kulakukan, terlalu sulit, mustahil!!
Bukankah untuk dialog di atas kita sering mengalami, entah itu mendengar dari orang di sekitar kita atau bahkan kita mengatakannya? Banyak alasan yang membuat kita tidak mau mengasihi orang lain. Jika di dalam dialog di atas hal yang disinggung adalah tentang pengampunan, kita masih bisa mendaftar lagi tentang alasan-alasan mengapa kita tidak bisa mengasihi, saya sebutkan beberapa: karena berbeda (status sosial, agama, cara pandang, dll), karena cerita di masa lalu, karena menganggap tidak perlu, karena kita anggap tidak pantas, dan sebab-sebab yang lainnya.
Melalui kisah orang Samaria yang baik hati di dalam Injil Lukas, kita tahu bahwa kasih tidak boleh melihat sekat (pembeda), kasih harus lintas batas. Tuhan Yesus mengajarkan tentang bagaimana mengasihi sesama, meskipun dia itu berbeda (golongan) dengan kita. AjaranNya menekankan tentang kasih yang sesungguhnya yang selalu berarkhir dengan tindakan, tidak hanya pada taraf pengetahuan semata.
Surat kepada Jemaat Kolose mengajarkan tentang Paulus yang oleh cintanya kepada Tuhan Dia berdoa, dan oleh cintanya kepada jemaat di Kolose dia mendoakan mereka selalu (Kol.1:3).
Banyak orang mengatakan sulitnya untuk mengasihi, sulitnya berbelas kasih, mengasihi dengan tulus itu tidak manusiawi. Namun melalui kitab Ulangan kita tahu bahwa perintah Tuhan itu ada di dalam hati kita, untuk dilakukan. Berkat dan kutuk ada di dalam hati kita, jadi ketika Tuhan menghendaki kita untuk mengasihi / berbelas kasih kepada sesama kita, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk berkata bahwa hal itu terlalu sulit. Hanya saja, maukah kita melakukannya?