Dilatih Untuk Melatih

Pada tahun lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti Persidangan Majelis Klasis (PMK) sebagai utusan GKI Karawaci, kemudian dari Klasis saya diutus untuk mengikuti Persidangan Majelis Sinode Wilayah (PMSW), setelah itu saya kemudian menjadi utusan juga ke Persidangan Majelis Sinode (PMS) GKI. Bagi saya, pengalaman tersebut sungguh berkesan, apalagi untuk menjadi seorang utusan berarti dia harus memenuhi kriteria dan syarat- syarat dan tidak semua calon pendeta bisa memiliki kesempatan tersebut. Menjadi utusan tentunya mengemban tanggungjawab dari ‘yang mengutus’, selain tanggungjawab, menjadi utusan harus bisa menunjukkan bukti (kredensi) bahwa kita adalah ‘utusan itu’.

Sebagai orang Kristen, kita adalah utusan-utusan Tuhan di dunia ini. Tugas kita adalah untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan. Menjadi utusan Tuhan berarti menjadi utusan Sorgawi, dengan demikian, nama kita sudah tercantum di Sorga, sebagai bagian dariNya (ayt.10).

Kita adalah utusan Sorgawi dan pada kita ada kuasaNya(ayt.19). Sebagai utusan Sorgawi, kita juga diberikan mandat untuk mengenalkan Tuhan ke segala bangsa, tidak gampang menyerah dan putus asa. Kita harus membuat orang-orang yang ada di sekeliling kita mengenalNya, sehingga merekapun yang bisa mengenalkan Tuhan kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka. Dengan kata lain, kita sedang diutus untuk mengenalkan Tuhan ke dunia dan ‘mencetak’ utusan-utusan baru di tengah dunia ini, kita dipanggil untuk dilatih oleh Tuhan dan diutus sebagai ‘pelatih’ bagi dunia.

Sebagai di dalam kita ada kuasaNya, oleh karena itu, kita tidak boleh meragukan sedikitpun tentang ‘keberadaan Tuhan’ dalam hidup kita. Tuhan mengajak kita untuk terus berani bersaksi tentang kehadiranNya di tengah keluarga, gereja, masyarakat, sekolah, tempat bekerja, dan di manapun. Tugas kita adalah mengenalkan Kristus, tentang diterima atau tidak bukan itu poinnya. Tugas kita adalah membuat orang-orang di sekeliling kita mengenal nilai-nilai Kristiani (sabar, murah hati, pantang menyerah, berbelas kasih, berhati besar, bijaksana, tegas, dan sebagainya). Tugas kita adalah melatih diri kita sendiri untuk semakin serupa denganNya, juga membuat orang- orang di sekitar kita semakin serupa denganNya. Di tengah dunia ini, yang kita bawa adalah Bendera Surgawi, marilah kita kibarkan di tengah dunia, dimulai dari keluarga kita