Taat Dalam Iman dan Kasih

Taat karena takut adalah hal yang diajarkan oleh dunia. Bagaimana tidak? Mari kita lihat ke sekeliling kita, dalam kehidupan kita hari lepas hari. Orang-orang taat untuk memakai helm di jalan raya, karena takut kena tilang; Orang- orang taat masuk kerja tanpa terlambat satu menitpun, karena takut gajinya dipotong; Banyak juga yang taat mengerjakan tugas sekolah, karena takut dihukum guru. Ketaatan yang dilakukan semata-mata hanya karena takut mendapatkan ‘sanksi’ atas ‘pelanggaran’ yang dilakukan.

Bagaimana dengan kehidupan iman kita? Bukankah kita sering juga mendengar dan mungkin juga mengatakan, “aku harus datang ke gereja, sebab kalau tidak maka Tuhan tidak akan memberikan berkatNya kepadaku”. Hal-hal semacam ini secara tidak langsung mungkin sudah diajarkan kepada kita dan anak-anak kita sejak usia dini. Seberapa di antara kita yang pernah mendengar ada orang tua yang berkata kepada anaknya, “ayo makanannya dihabiskan, kalau tidak, nanti Tuhan marah!” ?

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa jika kita mengasihi Tuhan, maka kita akan menuruti FirmanNya (ayt.24). Menuruti Firman-Nya berarti kita bersedia untuk mendengar, mengerti, dan kemudian melakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Di dalam rangka kita melakukan Firman itu, kita harus berani dan tanpa ragu-ragu meskipun saat saat melakukannya, secara fisik Tuhan Yesus tidak lagi bersama dengan kita.

Mentaati Tuhan dan semua Firman Tuhan meskipun Tuhan tidak ‘terlihat’ bersama kita adalah wujud iman kita kepada Tuhan. Sedangkan melakukan Firman Tuhan dengan setia dan sukacita adalah wujud kasih kita kepada Tuhan. Dunia mengajarkan kepada kita untuk taat karena takut kepada sanksi. Namun Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk taat karena kita beriman dan mengasihiNya.