Berhenti Meragu, Percaya dan Bersaksilah

Kejadian pengeboman di beberapa gereja katolik dan beberapa hotel di Sri Lanka yang terjadi pada Minggu Paskah yang lalu telah membuat dunia berduka. Kurang lebih 321 jiwa direnggut dalam rangkaian serangan bom bunuh diri tersebut. Beberapa berita yang beredar mengatakan bahwa kejadian tersebut bisa terjadi karena pemerintah tidak mengindahkan informasi intelejen beberapa minggu sebelum kejadian. Hal tersebut tentunya membuat sebagian masyarakat meragukan tentang kredibilitas pemerintah Sri Lanka (jika mereka tidak memperbaiki diri) dalam melindungi masyarakatnya.

Untuk kejadian pengeboman beberapa waktu yang lalu, pemerintah Sri Lanka diragukan keseriusannya dalam melindungi raktyatnya. Hal ini sungguh berbeda dengan apa yang terjadi dengan yang terjadi dalam moment Paskah yang kita rayakan pada Minggu yang lalu. Tuhan Yesus selama hidupNya tidak pernah memperlihatkan bahwa diriNya patut untuk diragukan. Seluruh perkataan, tindakan, dan hidupNya diberikan untuk manusia. Dia hadir dan menolong murid-muridNya di waktu-waktu para murid mengalami kesulitan. Namun, saat berita kebangkitan mereka dengarkan bersama, kita tahu bahwa Thomas meragukan hal itu.

Dari sini kita bisa belajar bahwa keraguan bisa hadir pada siapa saja. Pada yang tidak mendapatkan bukti, maupun kepada mereka yang dilimpahi dengan bukti. Jika demikian, apakah yang harus kita lakukan? Untuk kita ketahui bersama, keraguan muncul karena kita terlalu mengandalkan fikiran kita sendiri. Kita mengagungkan fikiran kita, sehingga kita tidak mempercayai hal-hal yang tidak masuk dalam pemikiran kita.

Keragu-raguan akan menimbulkan kecurigaan, jika kita terus menerus curiga, makan kita tidak akan bisa memulai karya-karya kita. Para murid yang lain (selain Thomas) sudah sibuk berkarya melalui kesaksian mereka kepada rekan-rekan yang lain. Namun keragu-raguannya (Thomas) membuatnya harus menunggu, tidak melakukan apapun.

Bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah kita juga masih ragu pada penyertaan Tuhan? Jika iya, maka marilah kita belajar untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada penyertaanNya.