Menilik Hati Meneguhkan Relasi
Seorang penatua GKI Karawaci beberapa kali terlihat memesan kopi panas dari seorang pedagang kopi keliling. Apakah rasa dari kopi itu begitu enak sehingga dia memesannya? Tidak, tentu kopi yang dihidangkan adalah kopi biasa, kopi ceapt saji biasa. Alasan seorang penatua ini 'gemar' memesan kopi dari penjual kopi keliling adalah supaya bisa 'membantu' penjual itu menghabiskan dagangannya. Sebuah hal yang langka pada saat ini. Dimana masih ada yg mau mmbayar secangkir kopi supaya bisa membantu orang lain. Tiga ribu mungkin bukan uang besar, tapi dengan tiga ribu per cangkir, kita bisa menolong orang lain. Secangkir kopi dengan hati yang tulus, itu baik.
Tindakan serupa dilakukan oleh Maria. Untuk membuktikan cinta dan kasih serta penghormatannya kepada Tuhan Yesus, Maria rela 'menghamburkan' minya wangi yang berharga mahal demi membasuh kaki Yesus. Tak berhenti sampai di situ, demi penghormatannya kepada Tuhan Yesus, dia mengurai rambutnya (tindakan tidak sopan/lazim pada jaman itu) bahkan untuk menyeka kaki Tuhan Yesus. Maria merendahkan dirinya serendah- rendahnya demi menghormati dan menunjukkan respeknya kepada Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus tidak melihat secara fisik apa yang dilakukan oleh Maria maupun penatua yang ada di atas tadi. Tuhan Yesua melihat motivasi dari tiap orang yang bekerja melakukan sesuatu.
Relasi kita dengan Tuhan Yesus asalah relasi yang spesial. Oleh karena itu, apakah kita hanya memberikan dengan setengah- setengah bagi yang spesial? Mari kita belajar memberi dengan ukuran hati kita masing-masing, karena Tuhan melihat ke sana, ke hati kita.