Hidup Dalam Damai
Sebuah pertobatan anak-anak yang hilang menjadi fokus dalam kita merenungkan perikop tentang perumpamaan anak yang hilang. Mengapa disebutkan anak-anak? Karena sejatinya dalam perikop ini, baik anak sulung maupun anak bungsu sama-sama tersesat dan hilang.
Anak bungsu sudah sangat jelas bagaimana dia menggambarkan tentang ‘anak Tuhan’ yang dengan sengaja pergi meninggalkan Tuhan untuk keinginan-keinginan pribadinya. Dia meminta ‘warisan’ bukan pada waktunya, dia adalah anak yang demikian egois, tidak berfikir untuk ayah, maupun saudaranya. Cerita yang menggambarkan tentang keegoisan yang membuat manusia hidup di dalam dosa, namun kemudian menyadari betapa indahnya hidup bersama Tuhan pada saat dia sudah terpuruk karena dosa.
Anak sulung adalah gambaran tentang ‘anak Tuhan’ yang tidak mendapatkan damai sejahtera meskipun hidup bersama-sama dengan Tuhan. Dia memang tidak meninggalkan Tuhan secara fisik. (untuk saat ini) mungkin dia adalah gambaran orang Kristen yang tetap menjadi Kristen. KTP nya Kristen, diapun tetap beribadah, tetap melayani, namun dia sudah kehilangan damai sejahtera. Hidupnya tak lagi memiliki rasa syukur. Dia beribadah, melayani, menjadi orang Kristen tanpa dibarengi dengan syukur. Ibadahnya, pelayanannya, dan statusnya sebaga orang Kristen semata-mata hanya sebagai status, tanpa dimaknai, tanpa disyukuri.
Anak yang manakah kita? Tentu hanya saya dan anda pribadi yang bisa menjawabnya. Namun, ada hal yang kurang jika kita membaca perikop ini hanya sekedar melihat tentang anak-anak yang hilang. Kita perlu melihat bahwa di balik ‘kenakalan-kenakalan’ anak-anak itu, ada Bapa yang demikian berhati tulus. Bapa tetap mencintai anak-anakNya meskipun dia dihianati, tidak dihormati, tidak dihargai, tidak dicintai dengan tulus.
Di sini kita tidak hanya bisa belajar dari anak-anak yang hilang, namun juga dari Bapa yang penuh kasih setia. Jika kita sering merasa dilukai, datanglah kepada Tuhan dalam doa. Jika kita merasa beban kita begitu berat, datanglah kepada Tuhan dalam doa. Jika kita melakukan dosa yang tak terampuni, datanglah kepada Tuhan dalam doa. Doa adalah gambaran kehidupan yang dipenuhi kedamaian. Dalam doa ada komunikasi yang jujur, dalam doa ada cinta yang nyata, cinta dari Bapa yang tiada habisnya.