Mengasihi Musuh: Mungkinkah ?
Di dalam ayat 27:”Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;” Tuhan Yesus ingin kita untuk mengasihi musuh kita. Pertanyaannya, siapakah musuh kita? Kata musuh di dalam ayat tersebut berasal dari bahasa Yunani dengan menggunakan kata echron yang berarti yang dibenci, yang membenci, musuh. di sini menjadi terang bagi kita bahwa orang yang kita benci maupun orang yang membenci kita bisa dikategorikan atau setara dengan mereka yang disebut sebagai musuh.
Kalimat yang digunakan dalam ayat 27 sendiri adalah sebuah kalimat perintah. Dengan demikian, tidak ada tawar menawar bagi kita untuk mengasihi musuh. Pertanyaan kita adalah, kasih seperti apa yang harus kita berikan bagi orang yang kita benci, membenci, dan musuh bagi kita tersebut? Jika melihat teks aslinya maka kasih yang harus diberikan adalah kasih agape! Kasih agape adalah kasih yang tanpa syarat, tulus tak bercacat!
Jika ada yang memiliki kesalahan kecil, kita bisa mengasihi. Namun jika kesalahan tersebut sampai menjatuhkan harkat martabat kita, melukai perasaan, menghianati, tidak menghargai, maka itu adalah dosa-dosa/kesalahan-kesalahan besar dan tidak layak untuk diberikan kasih (dalam hal ini diampuni). Benarkan sikap yang demikian?
Tuhan Yesus menghendaki kita untuk mengasihi dengan tulus siapapun dan bagaimanapun kesalahan orang lain kepada kita. Di dalam ayat 37 bahkan Tuhan mengingatkan kita untuk tidak menjadi hakim bagi sesama kita jika kita tidak ingin dihakimi.
Lalu apakah yang seharusnya kita lakukan? Dalam hal mengasihi musuh ini, kita perlu untuk memahami bahwa perintah ini bukanlah tawaran. Untuk menjadi berkenan di hadapan Allah, maka kita harus melakukan kehendak Allah, dengan cara Allah, dengan aturan main yang Allah miliki, bukan cara kita atau aturan main kita.
Bagaimanakah cara main Tuhan? Ayat 37 dan 38 menjadi penerang bagi kita untuk melakukan Sabda Tuhan, yaitu; jika kita mengharapkan yang baik dari Tuhan, maka kitapun harus melakukan yang baik bagi sesama. Kemudian, mungkinkah kita mengasihi musuh? MUNGKIN! Jika kita mau dikasihi Allah.