Membuka Kesempatan Mengupayakan Pembaruan
Di dalam Injil Matius yang kita baca, kita bisa menemukan orang muda yang memiliki komitmen hidup yang baik. Di sebutkan di dalam Injil bahwa orang muda tersebut melakukan semua perintah Taurat yang diyakininya. Dia tidak membunuh, itu berarti emosinya stabil. Dia tidak berzinah, itu berarti hidupnya penuh kedewasaan. Tidak mencuri, karena memang dia kecukupan, dia juga orang yang jujur, taat kepada orang tua dan mengasihi sesama. Menemukan kehidupan anak muda yang seperti ini tentu bukan perkara yang mudah, demikian juga dalam kehidupan orang tua. Hanya saja, dia memiliki satu kelemahan.Kelemahan orang muda ini juga menjadi kelemahan bagi banyak orang termasuk orang tua, yaitu orang muda ini ‘terikat’ dengan apa yang dimilikinya.
Melihat keterikatan ini, maka di dalam sabdaNya, Tuhan sebenarnya sedang bersabda kepada manusia untuk tidak terlalu memikirkan kesempurnaan hidup. Mengapa? Karena pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang mampu hidup dengan sempurna untuk bisa selamat . Namun, Tuhan mengatakan bahwa keselamatan dan segala perkara yg mustahil bagi manusia bukanlah mustahil dan menjadi masalah bagi Allah(26). Tidak perlu melihat berat-ringan, mudah-sulit, mustahil-mungkin, Allah hanya ingin manusia menuruti segala perintah Allah (17), fokus pada Allah.
Tidak memandang tua-muda, miskin-kaya, dan sebagainya, semuanya mendapatkan kesempatan yang sama di hadapan Allah untuk mendapatkan anugerahNya. Jika Allah demikian mengasihi dan baik bagi manusia serta selalu memberikan kesempatan bagi manusia, maka marilah kita mencoba memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berkarya bagi kemuliaanNya. Allalh tidak menuntut lebih dari kemampuan kita, Allah ingin kita menjual (tidak terikat dengan barang dunia), memberi (mengasihi sesama) dan mengikut Dia (menurut semua kehendakNya).
Pembaharuan hidup adalah saat kita melakukan kehendakNya, bukan melakukan kehendak kita.