Menjaga Perkataan, Mengikut Tuhan

Diam adalah emas adalah sebuah semboyan yang sudah sering kita dengarkan. Namun seringkali semboyan ini dikeluarkan karena yang bersangkutan takut jika suatu ketika dia dimintai pertanggungjawaban untuk apa yang telah dikatakannya tersebut. Dengan kata lain, seseorang diam dalam rangka mengamankan diri sendiri. Biar tidak ribet di belakang.

Di dalam keterkaitannya dengan Injil Markus pasal 8 yang kita baca, kita akan mendapati bahwa Tuhan ingin kita tidak diam. Apakah yang Tuhan ingin dari kita? Tuhan ingin kita mengakuiNya. Apakah Tuhan butuh pengakuan kita? Apakah Tuhan hanya ‘eksis’ jika kita mengakuiNya? BUKAN! Tanpa pengakuan, tanpa sanjungan, tanpa pujian, tanpa persembahan kita sekalipun, Tuhan tetaplah adalah Tuhan yang maha segalanya. Lalu, apakah yang Tuhan maksudkan dengan bertanya kepada murid-muridNya tentang siapa Dia?

Tuhan ingin mengetahui apa yang selanjutnya akan kita lakukan setelah kita mengakuiNya. Petrus mengakuiNya sebagai Mesias(29). Dalam ayat 33 Tuhan Yesus bahkan memarahi Petrus karena melalui mulutnya Petrus menegor Tuhan Yesus untuk memberitakan tentang apa yang akan dialami oleh Anak manusia (pemberitaan pertama tentang penderitaan Tuhan Yesus).

Dalam perkataan, setiap murid Tuhan Yesus harus selalu mengatakan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Rencana-rencana Tuhan, sabda Tuhan yang harus dikatakan dan diberitakan, bukan rencana manusia, bukan perkataan manusia.

Bagaimana dengan perkataan-perkataan kita yang kita ucapkan hari demi hari? di dalam keluarga kita, apakah nasihat-nasihat yang kita katakan kepada anak-anak kita adalah sabda Tuhan? Apakah kita mengajarkan hormat kepada anak-anak kita supaya kita dihormati ataukah supaya anak-anak bisa menghormati Tuhan dan menaati FirmanNya. Di dalam dunia pekerjaan, apakah yang kita katakan kepada atasan atau bawahan kita? Apakah kita hanya sekedar berkata-kata supaya jabatan kita aman? Ataukah kita mengatakan hal-hal tersebut benar-benar kita katakana karena kita mau memuji dan memuliakan Tuhan?

Marilah kita periksa bersama perkataan-perkataan kita, apakah perkataan-perkataan kita sudah benar untuk kemuliaan Tuhan?