Integritas vs Kemunafikan
Mulut tersenyum-hati mendendam, adalah kemunafikan.
Tangan menolong-hati mencaci, adalah kemunafikan.
Berkata cinta-hati curiga, adalah kemunafikan.
Meneriakkan kebenaran-melakukan yang jahat, adalah kemunafikan.
Kemunafikan adalah kebalikan dari integritas.
Integritas adalah saat di mana semua bagian tubuh, hati-fikiran- tangan-tatapan-perkataan-kaki, berujar sama. Integritas adalah satunya buah fikiran-buah iman-dan perkataan-perbuatan.
Di dalam Injil Markus pasal 7:1-8; 14-23, digambarkan mengenai kehidupan pada jaman Tuhan Yesus. Pada jaman itu, ahli Taurat dan orang-orang farisi serta sebagian orang Yahudi, hidup dalam kemunafikan. Mereka melakukan semua peraturan adat dan budaya mereka dengan begitu tekun. Demi bisa terlihat ‘saleh’ di hadapan banyak orang, mereka menjadi orang-orang munafik. Mereka menampilkan tampilan yang begitu bersih, bahkan saat hendak makanpun mereka mencuci tangan dengan bersih. Hal tersebut terjadi karena nilai kesalehan dilihat dari perilaku lahiriah saja. Mereka saleh dan bersih di kehidupan lahirian mereka, namun kerohanian mereka tak sebersih tubuh fisik mereka, mereka munafik. Di tengah kesalehan dan kebersihan hidup yang ditunjukkan, ternyata mereka sangat suka menghakimi sesamanya yang tidak melakukan apa yang mereka lakukan.
Tuhan Yesus tidak menyukai kemunafikan, Dia adalah benar dan segala tindakanNya pun benar. Tuhan Yesus mengajarkan kesatuan hati kepada para muridNya. Melalui nubuatan Yesaya, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa memuliakan Allah tidak cukup berhenti dalam perkataan/mulut, namun seluruh aspek kehidupan pun harus juga memuliakan Tuhan, itulah integritas.
Bagaimana dengan kehidupan pribadi kita? Sudahkah kesalehan itu terjadi baik secara lahir maupun batin? Apakah kita sudah memuliakan Tuhan secara jasmani dan Rohani? Apakah kehidupan kita sudah seturut dengan kehendak Allah? Tuhan memberkati.