Bersama Mengukir Narasi Cinta Bagi Bangsa

Franz R. Zai menuliskan tentang Cinta yang berjudul “Cinta: Eros, Philia, Agape” di dalam kolom edukasi Kompasiana.com tertanggal 14 Mei 2012. Namun demikian, tidak akan dicantumkan secara lengkap. Dalam renungan ini fokus kepada cinta (Agape). Dia menuliskan Cinta Agape demikian, Agape merupakan cinta yang tertinggi. Cinta ini tidak lagi tergantung pada bakat, kualitas-kualitas yang ada di dalam pribadi orang lain (cantik,lembut, ramah, pengertian, dsb); tidak memandang orang lain terbatas sebagai “pribadi yang lain” melainkan melihat orang lain sebagai bagian dari diri sendiri. Gabriel Marcel (seorang filsuf Perancis) membahasakannya dengan ungkapan: “Aku” dan “Engkau” menjadi “Kita”. Dalam konteks ini, “Aku” melihat diriku di dalam “dirimu” dan “Aku” menemukan “Engkau” di dalam “diriku”. Di sini, cinta agape merupakan cinta yang sanggup menderita dan berkorban (sebab “engkau” adalah bagian dari “aku” atau ”diriku” dan demikian juga sebaliknya). Ia keluar dari “ego” dan terarah serta terbuka kepada yang dicintai. Cinta agape melampaui jenis kelamin, cantik-jelek, kaya-miskin, pintar-bodoh; dan mengatasi segala tembok-tembok pemisah seperti perbedaan agama, suku, budaya, dsb.

Jika kita mau sedikit bertanya, mengasihi Tuhan dan sesama serta diri sendiri yang seperti apakah yang dimaksud oleh Injil Markus? Maka kita akan mendapatkan jawaban yang mengejutkan. Jika kita mau melihat teks aslinya, maka kasih yang dimaksud pada ayat 30 dan 31, pada hukum pertama dan kedua adalah kasih AGAPE. Apakah maksud dari semua ini?

Seringkali kita membedakan dalam hal mengasihi Tuhan, sesama dan diri sendiri. Namun Tuhan tidak berkenan kepada hal itu. Tuhan ingin kita mengasihiNya, sesama dan diri sendiri dengan kasih Agape. Bersama Mengukir Narasi Cinta Bagi Bangsa adalah pekerjaan rumah kita bersama. Jika pada tanggal 17 Agustus lalu kita bisa belajar dari NU/Gusdurian/GP Ansor tentang mengasihi sesama karena ‘sama- sama’ manusia, maka saat ini kita ditantang untuk bisa lebih daripada itu. Tuhan mengajak kita untuk bisa mengasihi sesama, diri sendiri dan Tuhan dengan cinta yang tertinggi, Agape.

Melalui perjalanan hidupNya, kita bisa melihat bagaimana Dia mencintai diri, Tuhan, dan sesama manusia. Kita bisa meneladaniNya bahkan saat semua orang menolak keberadaan kita, kita tetap mengasihi dan memberi diri. Melalui talenta, pekerjaan, usaha, sekolah, perkuliahan, keluarga, masyarakat, kita bersama mengukir Narasi Cinta bagi Bangsa.