Menembus Batas Membangun Solidaritas
Bagaimana seandainya kita sedang sakit berkepanjangan namun di saat yang sama Firman Tuhan menarik kita untuk turut serta dalam pelayanan? Sebagian besar dari kita yang pernah mengalami sakit berkepanjangan akan berkata, jika Tuhan menyembuhkan saya, maka saya akan memberikan apapun yang Tuhan inginkan dari saya.
Bagaimana seandainya selepas pulang dari kantor dan dalam kondisi lelah dan penat, istri atau suami, atau anak kita meminta tolong kepada kita untuk dibuatkan teh panas? Bisa jadi sebagian dari kita akan memilih untuk menolak menolong dengan alasan kelelahan kita.
Markus 6:30-34, 53-56 memperlihatkan sebuah realita yang sebenarnya bisa dilakukan oleh kita, sebagai manusia, di saat kondisi-kondisi seperti disebutkan di atas tadi terjadi dalam hidup kita. Tuhan Yesus mengajak kita untuk melakukan sesuatu yang berbeda, atas dasar apa? Kasih.
Setelah memberikan pengajaran dan membuat mujizat, memberi makan 5000 orang, kemudian meyakinkan para murid yang hampir tenggelam oleh badai, Tuhan Yesus mendapat kejutan lagi dalam pelayananNya. Setelah mendarat, turun dari perahu, Tuhan Yesus disambut oleh orang-orang yang mengenalNya. Di tengah keletihanNya, padaNya disodorkan banyak orang yang sakit yang menantikan kesembuhan. Ayat 56 mengatakan bahwa ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang sakit dibawa kepadaNya untuk mendapatkan kesembuhan.
Kelelahan, kesakitan, keterbatasan membuat kita seringkali beralasan untuk tidak melakukan kehendak Tuhan. Mengasihi, mengampuni, melindungi, melayani, memberi, dan sederet tugas lainnya menanti kita. Tuhan tidak menghendaki kita untuk kalah terhadap kondisi kita saat ini. Jika kita masih bisa berbicara, meski tubuh kita tak bisa bergerak, kita masih bisa berdoa untuk orang lain. Jika kita tak memiliki harta yang banyak tapi tubuh kita sehat, kita bisa melawat saudara-saudara kita.
Jangan biarkan kelemahan, kesakita, keterbatasan memenjarakan kita sehingga kita tak turut serta dalam pelayanan, namun yakinlah bahwa meskipun kita lemah, Tuhan selalu menguatkan kita menembus batas untuk menjadi manusia yang solider terhadap sesama kita.