Berbuah Dalam Relasi Dengan Allah dan Sesama
Yohanes 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Nampaknya, dalam urusan berbuah dan keselamatan, Sang Pemilik Kebun memiliki syarat yang harus dipenuhi oleh ‘ranting-ranting-Nya’. Syarat tersebut adalah TINGGAL di dalam DIA! Kata ‘tinggal’ menjadi hal yang penting karena terlihat dari berulangnya kata ini. Untuk bisa berbuah dan tetap selamat (tidak menjadi kering dan mati) maka ranting- ranting harus tetap tinggal melekat di pokok tanaman, pokok anggur. Tuhan adalah Pokok Kehidupan itu.
Jika kita hendak berbuah dalam kehidupan hari lepas hari, dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, perkuliahan, pertemanan, dan sebagainya, maka untuk kita bisa berbuah, syaratnya hanya satu, TINGGAL. Dalam ayat di atas, kita tidak akan bisa berbuah banyak jika tidak tinggal di dalam-Nya, kita akan kering-mati-dan dicampakkan ke dalam api untuk dibakar jika tidak tinggal melekat di dalam-Nya.
Seringkali dalam hidup kita, kita bilang bahwa situasi-mekanisme-sistem yang ada di pekerjaan kita membuat kita tidak bisa terus melekat dan mejadi bagian dari Allah. Hal ini sama artinya bahwa situasi-mekanisme- sistem yang dibuat oleh manusia sudah memaksa kita terpotong dari Pokok Anggur sejati. Dalam bahasa lain, jika kita terus membiarkan diri kita terlepas dari Pokok Anggur itu, maka kita akan menjadi kering, mati, dan siap untuk dibakar.
Untuk bisa berbuah dalam relasi dengan Allah dan sesama, satu satunya jalan adalah TINGGAL/MELEKAT padaNya. Dengan demikian kita ada di dalam Dia, dan Dia di dalam kita. Sekali kita mencoba melepaskan diri dariNya, kita sedang menanti untuk menjadi kering, mati dan dibakar.
SECP.