Komunitas Yang Bersaksi
Masih jelas dalam ingatan kita tentang kisah yang ditampilkan dengan apik oleh beberapa jemaat kita menjelang Paskah lalu. Mereka yang menggambarkan penyangkalan diri kepada Kristus hanya karena begitu banyak hal yang ‘menguntungkan’ bagi mereka. Menyangkal Kristus hanya demi keuntungan dunia yang sementara. Tak mengakuiNya karena tahu bahwa Dia akan membawa kerugian secara waktu, finansial, relasi, dan sebagainya.
Berpadanan dengan hal tersebut, seorang murid yang namanya berarti batu karang juga tiba-tiba ‘memble’ dan tak mau mengakui Kristus sebagai Gurunya. Petrus menyangkal Dia, padahal dia orang pertama yang mengaku tak akan sekalipun meninggalkanNya. Diajak naik ke gunung untuk melihat peristiwa Pemuliaan Tuhan Yesus, tapi dengan mudah dan enteng mengatakan bahwa dia tak mengenalNya. Berani mengangkat pisau dan memotong telinga prajurit, namun nyalinya lembek bagaikan bubur saat ada yang menanyakan kedekatanNya dengan Kristus.
Petrus gagal, Petrus jatuh terjerembab, Petrus tenggelam dalam ketakutannya sendiri. Seperti halnya Petrus, kita seringkali jatuh terjerembab dalam kegagalan karena ketakutan-ketakutan kita pada ancaman. Gereja menjadi mandul dalam perbuatan kasih, gereja menjadi bisu saat dunia butuh saksi, gereja menjadi buta saat ketidakadilan dan ketidakbenaran bergelimpangan di hadapannya.
Seperti petrus, orang Kristen juga seringkali hanya berucap ‘setia’ namun tak melakukannya. Orang Kristen hanya berjanji peduli namun seringkali ingkar janji. Suara kenabian terkungkung dalam tebalnya dinding beton gereja. Suara Sorgawi teredam dalam ruang indah bernama gereja dan tak sanggup keluar berjumpa dengan realita.
Orang Kristen seperti Petrus, gereja seperti Petrus. Petrus yang jatuh terjerembab dalam kegagalan dan ketakutan namun berhasil bangkit dan menjadi saksi yang tak takut mati. Menjadi corong-corong kebenaran yang tak hanya mementingkan diri. Menjadi suara sorgawi yang tak hanya keras dalam ruang kedap bernama gereja. Kita, gereja, seharusnya tak menjadi sosok pencari aman dalam ketidakpedulian pada sesama. (Kisah Para Rasul 3:12-19)