Cinta, Percaya dan Harapan

Cinta yang hilang dalam dunia menimbulkan kegaduhan- kegaduhan. Sebuah rumah tangga tanpa adanya cinta hanya aka nada kegaduhan. Ketertundukan rakyat terhadap pemerintah dan hukumnya, tanpa dilandasi cinta kepada negeri hanya akan menimbulkan keterpaksaan dan tekanan. Proses belajar tanpa dilandasi cinta untuk terus belajar, hanya akan menimbulkan rutinitas dan kebosanan. Tanpa cinta, kepercayaanpun menghilang, harapanpun tak akan terwujud.

Tuhan Yesus mengajarkan tentang cinta. Dengan cinta yang diajarkan, manusia dimungkinkan untuk memiliki sahabat, baik dalam rumah tangga, sekolah, dunia pekerjaan, rutinitas, dan sebagainya. Seorang yang mengerjakan pekerjaannya dengan cinta, maka dia akan selalu bahagia. Dengan cinta, manusia akan memiliki ‘rumah’.

Di dalam cintaNya, Tuhan Yesus mengajarkan manusia untuk mampu dipercaya dan mempercayakan. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah sosok yang bisa dipercaya. Melalui keselamatan yang diberikan kepada manusia dalam pengorbanan dan kematian serta kebangkitanNya bagi seluruh ciptaan, Dia mengajarkan bahwa Tuhan mempercayai manusia untuk memilih jalan hidupNya.

Kayu salib, penderitaan, pengorbanan, kepercayaan, cinta, kematian, dan kebangkitanNya sebagai symbol penebusan manusia dari dosa adalah sebuah harapan baru bagi manusia. Manusia yang sudah terpisah dari Allah karena dosa, kembali memperoleh harapan tentang kehidupan melalui Tuhan Yesus.

Manusia yang dicintai, manusia yang dipercayai dan manusia yang diberi pengharapan oleh Allah saat ini juga dipanggil untuk mengenalkan Allah. Manusia dipanggil untuk menjadi cinta di tengah kelangkaan cinta. Manusia dipanggil untuk menjadi sosok- sosok yang mampu dipercaya di tengah dunia yang miskin kepercayaan. Manusia dipanggil untuk menjadi harapan bagi dunia yang tanpa harapan. Kita dipanggil untuk menjadi kepanjangan tanganNya. Maukah?