Berani Hadapi Kenyataan Hidup
Berani karena benar, takut karena salah adalah ungkapan yang sudah tua yang saya dengar di saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Dalam ungkapan ini terkandung sebuah makna yang mendalam yang saat ini menjadi hal yang langka. Pada intinya, seorang yang benar tidak perlu takut akan berbagai macam ancaman yang datang di saat bertindak benar. Namun pada kenyataannya pada saat ini banyak orang yang hidup dengan benar yang terperangkap dalam ketakutan untuk melakukan hal yang benar. Sementara itu banyak orang yang hidup dengan cara yang salah dan hidup dalam kesalahan justru tidak takut pada apapun. Mereka begitu berani menunjukkan diri kepada semua orang, mereka memiliki komunitas yang begitu kuat dan sangat berpengaruh. Orang yang hidup dalam ‘kebenaran’ dan dengan cara hidup yang benar semakin terpuruk dan tenggelam dalam ketakutan.
Di dalam Yesaya 50:7 dikatakan, “Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.” Yesaya menegaskan bahwa dia tidak takut untuk mengajarkan perkataan-perkataan yang memberi semangat baru bagi yang letih lesu (4). Dia juga memperlihatkan bahwa dia tidak takut kepada orang-orang yang memukul punggungnya, orang-orang yang mempermalukannya (memukul pipi dan mencabut janggut: adalah sebuah bentuk tindakan mempermalukan bagi orang Israel pada masa itu) (5). Yesaya juga memperlihatkan betapa dia akan menatap dengan tegas kepada kebenaran meskipun dia dinodai dan diludahi.
Yesaya adalah bentuk nyata tentang keberanian seorang yang benar. Dia tidak menunjukkan ketakutan akan kehidupan yang sengsara akibat melakukan sabda Tuhan/kebenaran-kebenaran Tuhan. Yesaya menunjukkan imannya lebih kuat daripada pengaruh sekelilingnya, imannya lebih membawa sukacita daripada dia harus meninggalkan dan tidak mentaati sabda/kehendak Allah.
Berani hadapi kenyataan hidup adalah sebuah ajakan untuk kita bahwa pertama-tama kita harus mengenali diri kita. Mengenali diri, apakah kita adalah seorang yang benar di hadapan Allah. Sedangkan yang ke dua adalah ajakan kepada kita untuk berani melakukan yang benar di hadapan Allah meskipun mengalami perilaku yang tidak menyenangkan dari dunia.
Beranikah kita? Tuhan memberkati