Allah Memanggil Orang Muda
Pertemuan para calon pendeta, pendeta dan pendeta emeritus beberapa waktu lalu menghadirkan salah satu pemuda dari GKI di Bandung . Dalam percakapan tersebut, kami disadarkan tentang sebuah realitas yang ada pada saat ini dalam diri pemuda pemudi GKI. Sebuah realita yang kemudian disebut dengan ‘fake generation’ atau jika diartikan maka berarti ‘generasi palsu’. Sadar atau tidak, pemuda dan pemudi pada masa kini banyak yang menghidupi kepalsuan. Kepalsuan tersebut lebih condong pada cara hidup, berfikir, dan berbicara mereka.
Generasi ‘fake’ ini begitu sopannya ketika masuk dalam lingkungan gereja, kata- kata mereka begitu rohani, pelayanan mereka begitu mengagumkan. Namun apa yang terjadi saat di luar gereja? Pada saat di luar gereja, dalam canda dan obrolan bersama teman-temannya, banyak pemuda dan pemudi yang tidak segan menggunakan kata-kata kotor, kasar, dan tidak sopan. Hal tersebut belum termasuk dalam tingkah laku pribadinya yang tidak dipertontonkan dan juga dalam fikiran mereka. Singkatnya generasi ‘fake’ adalah generasi yang dipenuhi kebohongan dalam hidup mereka. Itulah sekelumit singkat pembicaraan dengan salah satu pemuda GKI di Bandung.
Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana caranya generasi muda menjadi ‘perwujudan tanda-tanda Kerajaan Allah’ jika cara hidupnya seperti itu? 1 Timotius 4:1-12 mengingatkan kepada kita bahwa jelas orang muda bisa menjadi teladan dan bisa mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah jika mereka mampu menjaga kekudusan hidup mereka. Generasi ‘fake’ adalah generasi yang tidak mampu menjaga kekudusan itu. Kehidupan mereka dipenuhi kemunafikan dan bukan kejujuran. Generasi muda hendaknya adalah generasi yang kudus, menghidupi nilai-nilai Kristiani di manapun mereka berada. Generasi muda hendaknya menjadi generasi yang berani berkata benar jika benar, salah jika salah, dan bukan generasi yang tanpa pegangan hidup, bimbang dan penuh ketakutan. Selamat berjuang menjadi generasi Kristiani.