Apa Adanya vs Seadanya
Mangga pinarak teng gubuk kula… ( silahkan mampir ke gubuk saya), Mangga mlebet… (silahkan masuk), Mangga dipun icipi, punika sak wontene kemawon …( silahkan dicoba, apa adanya/alakadarnya saja)
Meskipun dalam bahasa jawa kata ‘ sak wontene’ seakan lebih dekat pada kata ‘ seadanya’ , namun mak na dalam bahasa Jawa ini sungguh berbeda dengan penggunaan dalam bahasa Indonesia.
Ungkapan - ungkapan dengan bahasa yang merendahkan diri sudah menjadi budaya yang ada di Jawa. Hal tersebut terkait dengan pandangan mendasar tentang keberadaan seorang tamu dalam keluarga, seorang tamu dianggap sebagai raja. Oleh karena itu, maka apalah artinya ‘saya’ jika dibandingkan seorang raja, meskipun saya adalah tuan rumah. Seorang raja juga harus diberikan jamuan yang terbaik, namun tetap melihat bahwa dalam jamuan t ersebutpun pasti ada kekurangan.
Ungkapan apa adanya ini mirip dengan seadanya, namun kata seadanya adalah sebuah gambaran tentang ketidakmauan untuk mengembangkan diri. Ketidaksemangatan untuk membuat diri menjadi lebih baik. Dan ‘seadanya’ adalah gambar an bagaimana seseorang tersebut tidak menghormati siapa yang memberikan hidup, anugerah, talenta, dalam hidupnya, tidak menghormati ‘Raja’ yang ‘menyapa’nya.
Tema pada minggu ini adalah sebuah gambaran tentang bagaimana kehidupan seorang Kristen haruslah m encontoh seorang Yohanes (pembaptis). Kata ‘apa adanya’ dan ‘seadanya’ menjadi penting dalam mendalami karakter seorang Yohanes.
Yohanes adalah seorang dengan kuasa yang luar biasa, pemberian Tuhan. Dari perkataan - perkataannya, orang dari Yudea dan seluru h Yerusalem - pun berbondong untuk mendengarkan khotbah dan nasihat - nasihatnya. Ketenaran dan pengaruhnya bisa saja membuatnya menjadi sombong dan melupakan apa yang seharusnya dilakukan di tengah dunia.
Namun, Yohanes mengenal dirinya dengan baik. Dia adalah utusan Tuhan, seperti yang dikatakan Yesaya, yang diberi tugas untuk mempersiapkan jalan bagi “Sang Ratu Adil”, Yesus Kristus. Yohanes mengenal apa yang ada pada dirinya dengan benar, dia juga mengetahui dengan baik apa fungsinya di tengah dunia. Pengena lan itu pun yang kemudian mengarahkan dia untuk menjadi pribadi yang ‘apa adanya’. Dia mensyukuri anugerah Tuhan, dia menggunakan seluruh talentanya, dan kemudian dia pun mengembangkannya dalam bentuk melayani Tuhan, dia tidak seadanya.
Yohanes pembaptis m embawa apa yang ada dalam dirinya. Dia membawa segala yang sudah diberikan Tuhan bagi kemuliaan Tuhan.